Berita Solo Terbaru
Cerita Perubahan Wajah Kawasan Semanggi Solo, Dari Kampung Kumuh Jadi Kampung Harmoni
Perubahan terjadi usai kawasan Semanggi menjadi salah satu tempat yang mendapatkan bantuan Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku).
Penulis: Anang Maruf Bagus Yuniar | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Anang Ma'ruf
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Perubahan wajah di kawasan Semanggi, Solo sangat terasa.
Lima tahun silam, kawasan tersebut masih menjadi salah satu permukiman kumuh di Kota Bengawan.
Tapi kini, kampung kumuh itu telah berganti menjadi kampung harmoni yang jauh dari kata kumuh.
Hal ini dibenarkan oleh Ketua Paguyuban Kampung Harmoni, Samian (47).
Baca juga: Pemkot Sidak di Pasar Gede, Ikan Asin Berformalin Sampai Mie Basah Pakai Pewarna Tekstil Ditemukan
"Dulu kawasan di sini terkenal kumuh, karena kami tinggal di kawasan bantaran Sungai Bengawan Solo," ujarnya kepada TribunSolo.com, Selasa (13/12/2022).
Perubahan pun terjadi usai kawasan itu menjadi salah satu tempat yang mendapatkan bantuan Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku).
Program Kotaku merupakan satu dari sejumlah upaya strategis Pemerintah untuk mempercepat penanganan permukiman kumuh di Indonesia.
Melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, pemerintah membangun sistem, memfasilitasi pemerintah daerah, dan memfasilitasi komunitas (berbasis komunitas).
"Semua program dari pemerintah kota dan ada dana bantuan dari beberapa elemen instansi misalnya Bank BRI, Bank Jateng, OJK, dan lain-lain, " kata Samian.
"Program Kota Tanpa Kumuh membangunan penataan kawasan di wilayah Mojo RW 01," tambahnya.
Baca juga: Asal-usul Baito Rajamala, Ikon di Bantaran Sungai Bengawan Solo : Dinaiki Pakubuwono IV
Samian mengenang kala itu, dimana penataan baru mulai dilakukan tahun 2017.
Dia bersama warga lainnya sempat pindah ke hunian sementara ketika penataan dilakukan.
Barulah pada awal tahun ini, pihaknya dikembalikan ke kawasan Semanggi.
"Penataan kawasan ini diawali di tahun 2017. Kami awal diigusur tahun 2018 lalu, kemudian dipindah di Huntara (hunian sementara) atau rusun," jelasnya.
"Awal tahun 2022 kami dikembalikan lagi kesini dengan rumah siap huni," pungkas Samian.
(*)