Berita Sukoharjo Terbaru

Sejarah Grebeg Sadranan di Petilasan Keraton Kartasura: Dulu Cuma Makam Petinggi, Kini Berbaur Warga

Petilasan Keraton Kartasura dahulu merupakan Istana Kerajaan Mataram Islam. Tapi sempat menjadi hutan dan rawa setelah pindah ke Surakarta

Tribunsolo.com/Anang Ma'ruf
Suasana Grebeg Sadranan di Petilasan Keraton Kartasura, Kamis (16/3/2023). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Anang Ma'ruf

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Grebeg Sadranan 2023 digelar oleh Petilasan Keraton Kartasura.

Grebeg Sadranan sendiri merupakan sebuat tradisi turun temurun untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan.

Petilasan Keraton Kartasura yang saat ini digunakan sebagai pemakaman juga tak lepas dari tradisi tersebut.

Juru Kunci Keraton Kartasura, Mas Ngabei (MNNg) Suryo Hastono Hadi Projonagoro, bercerita bahwa tradisi Sadranan di Kartasura sudah dilakukan selama 78 tahun.

"Arti Sadranan berasal dari kata Nyadran bahasa Jawa atau Sadra dari Sansekerta yang diartinya adalah mengunjungi atau menengok makam keluarga atau trah atau nenek moyang untuk mendoakan," ucap Suryo, kepada TribunSolo.com, Jumat (17/3/2023).

Tradisi dalam nyadran ini lebih kepada mendoakan leluhur, besuk makam dan besuk ahli waris.

Rangkaian adat tradisi tersebut melakukan ziarah kubur, mulai dari pembersihan makam leluhur dan tabur bunga.

Baca juga: Grebeg Sadranan Kartasura Dibuka Lomba Mewarnai dengan 150 Anak TK, Ada Bagi-bagi 1.000 Dawet Gratis

"Pastinya adanya grebeg Sadranan ini nantinya untuk menjaga warisan budaya dan pembelajaran atau ilmu untuk generasi muda,” Jelasnya

Perlu diketahui Petilasan Keraton Kartasura dahulu merupakan Istana Kerajaan Mataram Islam.

Pindahnya Keraton Kartasura ke Surakarta mengakibatkan tanah bekas Keraton Kartasura menjadi hutan dan rawa.

Oleh karena itu pemerintah dari PB II meminta dibuatkan makam yang bernama Astana Keraton Kartasura.

Dia juga menjelaskan dulunya pemakaman tersebut hanya diperuntukkan bagi petinggi Keraton Kartasura.

Namun seiring berjalannya waktu, pemakaman tersebut kini dipenuhi makam warga setempat

Suryo juga menambahkan tradisi Sadranan tersebut memiliki keunikan masing-masing dalam prosesi di setiap daerah.

(*)

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved