Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berencana Beli Rumah secara KPR? Sebaiknya Tenor Panjang atau Pendek ya? Simak Penjelasannya

Atau bisa disesuaikan dengan kemampuan kreditur. Lantas berapa tahun sebaiknya menyicil KPR atau biasa disebut tenor?

Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
TRIBUNNEWS.COM
Ilustrasi KPR 

TRIBUNSOLO.COM - Membeli rumah dengan cara KPR (Kredit Pemilikan Rumah) lebih banyak diminati.

Jangka waktu KPR biasanya meliputi 5, 10, 15, hingga 25 tahun.

Atau bisa disesuaikan dengan kemampuan kreditur.

Lantas berapa tahun sebaiknya menyicil KPR atau biasa disebut tenor?

Berikut penjelasannya dikutip dari simulasikredit.com.

Baca juga: Mana yang Lebih Baik dan Menguntungkan, Investasi Emas atau Investasi Properti?

Tenor Panjang

Mereka yang memilih tenor yang panjang kebanyakan memilih penghasilan bulanan yang tetap dengan nilai rata-rata. Syarat utama pengajuan tenor panjang memang kestabilan penghasilan. Lembaga pembiayaan akan sangat memperhitungkan aplikasi kredit yang diajukan oleh pekerja yang memiliki penghasilan tetap, seperti karyawan swasta yang berstatus tetap (PKWTT), pegawai negeri sipil (PNS) dan TNI/POLRI. Keuntungan yang bisa Anda dapatkan dengan KPR bertenor panjang adalah sebagai berikut:

1. Uang muka yang minimal

Down payment (DP) atau uang muka bisa didapatkan dalam jumlah yang minimal yakni 10-15 persen tergantung luas dan jenis hunian sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Dengan DP yang lebih fleksibel, kemampuan Anda membayar tentu semakin besar. Biasanya bank juga tidak akan mengizinkan DP minimal jika besaran cicilan per bulan besar dengan jangka waktu yang pendek. Itu karena bank memperhitungkan semakin berat beban cicilan, maka risiko kredit macet semakin besar.

2. Cicilan ringan

Lembaga pembiayaan menyediakan fasilitas DP dan cicilan yang ringan untuk menggaet lebih banyak pembeli. Biasanya, segmen yang ditargetkan oleh fasilitas ini adalah masyarakat kelas bawah agar lebih mudah mendapatkan rumah. Sedangkan, pihak lembaga pembiayaan bisa meraup keuntungan jika kredit berjalan lancar.

3. Tidak membebani penghasilan

Seorang pegawai tetap dapat memproyeksikan pengeluaran bulanan. Alokasi pengeluaran seperti makanan, listrik, pakaian, kredit kendaraan, jajan anak, pendidikan dan sebagainya. Cicilan KPR terlalu besar membuat Anda harus mengatur ulang keuangan secara ketat. Sebaliknya, cicilan KPR yang lebih kecil tidak akan banyak berpengaruh pada kondisi keuangan rumah tangga Anda. Mencari penghasilan tambahan dari lembur atau usaha sampingan pun tidak terlalu membebani Anda. Dengan hanya mengandalkan gaji pokok, cicilan KPR bisa menghabiskan 30-50 persen penghasilan bulanan Anda.

Di sisi lain, KPR dengan tenor panjang juga memiliki kerugian yang harus Anda pertimbangkan sebelum memutuskan mengambil KPR. Bisa jadi dengan kondisi keuangan Anda, KPR tenor panjang justru merugikan.

1. Beban bunga

Semakin panjang tenor yang diajukan, maka bunga yang ditanggung juga semakin besar. KPR dengan tenor 5 tahun akan mendapatkan bunga yang lebih rendah daripada KPR tenor 30 tahun. Suku bunga floating juga biasanya dibebankan kepada cicilan dengan tenor di atas 5 tahun. Kenaikan suku bunga ini sebenarnya menambah beban biaya yang harus ditanggung debitur. Padahal, biaya-biaya lain seperti asuransi, uang muka dan biaya administrasi lainnya juga harus diperhitungkan.

2. Menambah beban mental

Seorang debitur yang memiliki beban cicilan KPR selama puluhan tahun bakal memperhitungkan ini sebagai beban. Salah-salah tak dilunasi, rumah bisa disita oleh pihak bank. Hal ini tentunya menjadi beban pikiran si debitur. Seorang pegawai akan berusaha mempertahankan pekerjaan yang ada agar kredit KPR tetap terbayar. Jika Anda mengambil cicilan 30 tahun, saat KPR dilunasi anak-anak Anda telah dewasa. Usia pun tak lagi muda. Usia produktif Anda dihabiskan untuk membayar cicilan ke bank. Yakinkan Anda untuk menanggung beban ini.

Sebagai orang yang optimis, utang ini dapat dijadikan sebagai sahabat yang telah memberikan solusi mendapatkan rumah untuk keluarga Anda.

3. Harus waspada jika ada perubahan ekonomi

Kadang-kadang kondisi perekonomian tak selalu berlangsung baik. PHK massal dapat terjadi sewaktu-waktu jika ekonomi sedang lesu. Lonjakan suku bunga juga dapat terjadi sewaktu-waktu. Krisis moneter dapat mengancam dan menyebabkan krisis seketika bagi kehidupan Anda.

Tenor Pendek

Tenor yang pendek didesain bagi Anda yang mampu membayar uang muka dan cicilan bulanan dalam jumlah yang besar. Lama masa cicilan adalah 10 tahun atau kurang dari itu. Tenor pendek ini biasanya diambil oleh mereka yang berusia di atas 40 tahun, berprofesi sebagai profesional dan jenis hunian apartemen. Usia pensiun di Indonesia mencapai 55 tahun, sehingga tak mungkin orang yang berusia di atas 40 tahun bisa mengambil tenor yang panjang. Profesional biasanya mendapatkan gaji yang besar, namun kondisi kerja yang tidak tetap. Sementara usia ekonomis apartemen hanya mencapai 30 tahun, tentu bank tak mau mengambil risiko dari tenor yang terlalu lama.

Jika Anda memutuskan mengambil tenor pendek, simak keuntungannya berikut ini:

1. Mengamankan penghasilan segera pada investasi

KPR dengan tenor singkat cocok bagi profesional maupun pegawai dengan penghasilan di atas rata-rata. Ketimbang dipakai untuk hal-hal yang tidak perlu, fokuskan penghasilan pada membeli properti dengan tenor yang singkat. Bayangkan saja jika Anda membeli properti dengan tenor 5 tahun. Setelah lunas, Anda memiliki properti yang nilainya terus meningkat. Hunian ini bisa Anda tempati sendiri atau sewakan ke orang lain. Uang berubah menjadi investasi yang berharga.

2. Lebih bahagia

Tenor yang pendek tidak harus membuat Anda merasa khawatir berkepanjangan hingga puluhan tahun. Anda juga jadinya bisa mengatur rencana-rencana masa depan yang lebih pasti dan mengalokasikan penghasilan ke hal lain setelah cicilan KPR lunas. Liburan, membahagiakan keluarga atau melakukan kegiatan lain bisa Anda lakukan dalam usia yang masih produktif.

3. Beban bunga yang ringan

Tenor yang lebih singkat berarti beban bunga yang lebih ringan. Sebagai contoh, jika Anda mengambil hunian setelah dipotong DP senilai Rp200.000.000 dengan bunga cicilan 10 persen per tahun, maka berarti bunga yang harus Anda bayar sekitar Rp1,6 juta per bulan. Anda yang memutuskan apakah mau menanggung bunga Rp1,6 juta per bulan selama 5, 10, 20 tahun atau bahkan lebih lama.

Sedangkan, kerugian yang mungkin Anda derita jika mengambil tenor pendek adalah sebagai berikut:

1. Risiko kredit macet

Pihak bank memperhitungkan dengan hati-hati risiko tenor pendek adalah kredit macet. Hal ini karena cicilan yang terlampau besar yang harus dibayar per bulan. Misalkan nilai hunian sebesar Rp200.000.000 dengan tenor 5 tahun, berarti cicilan per bulan adalah sekitar Rp3,3 juta per bulan belum termasuk bunga dan biaya lainnya. Dengan bunga Rp1,6 juta, berarti sedikitnya beban cicilan bulanan adalah sebesar Rp4,9 juta. Jika Anda tak mampu membayar, properti Anda bisa ditarik atau Anda harus repot menjual dan mengalihkan cicilannya.

2. Keuangan harus diatur secara ketat

Karena besarnya biaya cicilan per bulan, Anda tak punya fleksibilitas dalam mengatur keuangan setiap bulan. Arus kas keluar membesar. Pengaturan keuangan harus benar-benar menjadikan pembayaran KPR sebagai prioritas utama Anda. Anda harus waspadai jika membutuhkan dana segar mendadak. Untungnya keadaan ini tak perlu berlangsung terlalu lama dan jika sumber-sumber penghasilan Anda sangat besar, tak perlu ada kekhawatiran sama sekali.

Nah itulah untung rugi tenor panjang dan pendek yang perlu Anda ketahui sebelum mengambil KPR. Keputusan ada di tangan Anda.

(*)

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved