Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo

Cerita Sedih Pendidikan untuk Kaum Miskin di Solo: Masih Banyak Warga yang Tak Bisa Tebus Rapor Anak

Potret sedih pendidikan Kota Solo di tengah Pemerintah Kota era Gibran Rakabuming Raka gencar membangun proyek infrastruktur sana sini. 

|
Penulis: Andreas Chris Febrianto | Editor: Adi Surya Samodra
TribunSolo.com / Ryantono Puji
Ilustrasi : Biaya pendidikan di Kota Solo. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto Nugroho

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Angka kemiskinan ekstrem di Kota Solo diklaim menunjukkan penurunan di era Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menjabat. 

Tapi, warga miskin yang bermasalah dengan pendidikan anak, ternyata masih belum juga hilang.

Hal itu diungkapkan sendiri oleh Wali Kota Solo, Gibran.

Sejumlah warga Kota Solo mengadu ke Gibran, mereka tidak bisa menebus rapor anak-anak mereka. 

Alasannya, mereka belum bisa melunasi biaya sekolah selema beberapa tahun terakhir. 

Gibran mengungkapkan hampir setiap hari Balai Kota mendapat keluhan seperti itu.

Kebanyakan keluhan tidak bisa mengambil rapor dikatakan Gibran dari siswa-siswa sekolah swasta.

"Lha ke sini terus. Setiap hari suratnya. Banyak. (Sekolah) Swasta yang banyak, kalau negeri kan gratis," kata Gibran saat ditemui di Balai Kota, Kamis (15/6/2023).

Baca juga: PPDB Solo 2023 : SD Swasta Was-was, Tahun Lalu Kekurangan Siswa, Kini Cari Cara Demi Gaet Murid Baru

Baca juga: Ogah Kekurangan Siswa, SD Swasta di Solo Jemput Bola di PPDB 2023: Datangi TK Hingga Kenalkan Ekskul

Ia menambahkan laporan yang ia dapatkan itu dari berbagai jenjang pendidikan.

Namun ia berjanji akan menyelesaikan masalah tersebut satu per satu.

"Semua, nggak usah dibahas ya, saya selesaikan," ucap Gibran.

"(Tunggakannya berapa? ) Jutaan. Ada yang 2 tahun 3 tahun nggak bayar (SPP). Nggak papa itu tugas saya untuk menyelesaikan," tambahnya.

Saat ditanya dari mana dana untuk membantu keluhan masyarakat itu, Gibran enggan menjawab dengan detail

"(Dana pribadi?) Rasah dibahas,"ungkap Gibran.

Hal itu menurut Gibran karena dirinya tidak tega terutama pada siswa lulusan jenjang SMA yang memerlukan ijazah untuk bisa mencari lowongan pekerjaan.

"Nggak karena ijazahnya kalau tidak diambil nanti tidak bisa kerja, terutama yang SMA dan lain-lain," tegasnya.

Namun demikian, Gibran berharap tidak hanya dirinya yang harus menyelesaikan terkait masalah kesulitan mengambil rapor siswa sekolah tersebut.

"Ya kalau bisa semua jangan ke saya," ujarnya.

Baca juga: Ada Anak Orang Kaya Putus Sekolah di Solo, Ternyata karena Orang Tua Cerai: Kurang Perhatian

Baca juga: 2024, Pemkot Solo Targetkan Semua Sekolah Terapkan Kurikulum Merdeka dan Nolkan Angka Putus Sekolah

Gibran pun menegaskan, dirinya enggak membahas dari mana asal dana untuk membantu siswa yang tidak mampu mengambil rapor.

"(Uang pribadi?) Tidak usah dibahas. Pokoknya niat kita membantu," kata Gibran

"Kalau ada kesulitan silahkan ke sini kalau ada kesulitan. Ya kan dari dulu begitu," tambahnya.

Angka kemiskinan di Kota Solo diklaim menunjukkan tren menurun selama dua tahun terakhir.

Bila mengacu pada data dalam Surakarta Dalam Angka 2023, jumlah penduduk miskin pada tahun 2021 ada sebanyak 48,79 ribu penduduk. 

Jumlah tersebut kemudian menurun sebanyak 2,89 ribu pada tahun 2022 menjadi 45,90 ribu penduduk miskin di Kota Solo

Adanya tren penurunan angka kemiskinan tersebut bahkan sampai membuat Gibran mendapat kesempatan presentasi tentang pengentasan kemiskinan di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan pada 6 sampai 8 Juni 2023.

Putus Sekolah

Sementara itu, ada seribu anak putus sekolah di Kota Solo, terhitung sejak tahun 2017.

"Jadi datanya untuk data kita masih rilis 2017 yang masih ada angka di atas 1.000," kata Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Solo, Dian Rineta, saat dihubungi TribunSolo.com via telepon, Selasa (6/6/2023) siang.

Penyebab ribuan anak putus sekolah ini ternyata beragam.

Tidak hanya soal ekonomi, Dian Rineta mengatakan ada pula anak orang kaya yang juga tercatat putus sekolah.

Namun demikian, Dian Rineta menambahkan penyebab terbanyak anak putus sekolah di Solo adalah alasan ekonomi.

"Banyak ya, penyebab klasiknya pasti ekonomi, walaupun sekolah sekarang gratis," ungkap Dian.

Baca juga: Di Tengah Pesatnya Perkembangan Kota Solo, Ternyata Masih Ditemukan Anak Putus Sekolah 

Baca juga: Disdikbud Karanganyar Tak Wajibkan Sekolah Gelar Acara Pelepasan Siswa dan Tak Boleh Pakai Dana BOS

Selain itu, ada pula penyebab anak putus sekolah di Solo juga karena kurangnya perhatian dari orang tua masing-masing anak.

Padahal menurut Dian Rineta, pendidikan bisa menjadi jalur penuntasan kemiskinan.

"Kedua ya memang dari orang tua atau anak itu sendiri tidak perhatian bahwa pendidikan itu penting untuk meningkatkan kesejahteraan, menuntaskan kemiskinan diawali dari pendidikan," tambahnya.

Lebih lanjut Dian mengatakan ada pula kasus anak putus sekolah meski orang tuanya memiliki biaya memadai.

Kasus ini diakui Dian karena orang tua anak kurang peduli dengan pendidikan buah hatinya.

"Ada dari yang broken home juga, orang kaya tapi tidak sekolah karena memang tidak ada perhatian dari orang tuanya," pungkasnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved