Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kuliner Solo

Kuliner Boyolali : Tiwul Ayu Indrokilo, Kuliner Legendaris Dengan Rasa Kekinian, Disajikan Hangat

Kuliner ini disajikan saat baru selesai dikukus. Dengan begitu, pelanggan dapat menikmati tiwul dengan sensasi hangat.

Tribunsolo.com/Tri Widodo
Tiwul Ayu Indrokilo, kuliner di Boyolali 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Tiwul merupakan salah satu makanan tradisional yang kini makin sulit ditemukan.

Kuliner berbahan dasar singkong itu, dulunya menjadi makanan pokok bagi sebagian masyarakat.

Keberadaannya dahulu tak lepas dari kondisi larang pangan alias mahal dan susahnya makanan.

Kala itu, tiwul merupakan kuliner yang tergolong mudah didapatkan bahan bakunya.

Singkongnya juga bisa disimpan dalam waktu yang cukup lama.

Sebab, tiwul dibuat dari singkong yang telah dikeringkan atau disebut dengan gaplek.

Setelah kering, barulah dibikin tepung.

Nah, dari tepung gaplek inilah baru bisa diolah menjadi tiwul.

Untuk mengolah tepung gaplek menjadi tiwul ini pun cukup mudah.

Tepung gaplek tinggal ditambahkan dengan bahan lain seperti gula.

Setelah menjadi adonan, tepung gaplek tinggal dikukus sebentar, dan tersajilah tiwul.

Baca juga: Kuliner Sukoharjo : Es Teler dan Es Buah Asy Syfa, Nikmati Segarnya Buah-buahan Hanya Rp11 Ribu

Baca juga: Kuliner Boyolali : Warung Seblak Prasmanan Mantep Pengging, 8 Jam Buka, 100 Porsi Ludes Terjual

Nah, di Boyolali ada salah warung tenda yang menyediakan kuliner legendaris itu.

Namanya, Tiwul Ayu Indrokilo.

Ada empat lokasi yang menjajakan kudapan ini.

Yakni di Taman Pandan Alas, Belakang rumah Dinas Bupati, Kebun Raya Indrokilo Boyolali serta di timur Alun-alun Pengging.

Kuliner ini pun disajikan saat baru selesai dikukus.

Dengan begitu, pelanggan dapat menikmati tiwul dengan sensasi hangat.

Buka setiap hari mulai pukul 14.00-21.00 WIB, setiap stand bisa menjual puluhan porsi.

"Kalau di sini (Taman Pandan Alas) antara 30-40 porsi sehari," kata Satmoko, pengelola Tiwul Ayu Indrokilo.

Warga Desa Jurug, Kecamatan Mojosongo itu mengaku sudah 5 tahun berjualan tiwul.

"Ya kami ingin menghadirkan kuliner jaman dulu yang sudah sulit ditemui," katanya.

Meski tradisional, dia juga tetap melakukan inovasi rasa tiwul.

Selain rasa original, ada juga tambahan toping coklat, gula aren dan keju.

"Yang paling laris itu, yang gula aren," pungkasnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved