Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali

Antisipasi Antraks Menyebar di Boyolali, Disnakkan Bakal Larang Pembelian Hewan dari Gunung Kidul

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Disnakkan Boyolali, Afiyani Rifdania mengatakan akan segera mengeluarkan surat edaran bagi peternak dan pedagang sapi

TRIBUNSOLO.COM/Ibnu DT
Ilustrasi sapi 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Kasus antraks kembali merambah di Gunung Kidul.

Untuk mengantisipasinya, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) akan mengeluarkan surat edaran bagi para pedagang sapi.

Pedagang sapi di Boyolali untuk sementara tak membeli atau mendatangkan sapi dari daerah Gunung Kidul.

Hal itu supaya, virus antraks ini tak merebak di Boyolali.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Disnakkan Boyolali, Afiyani Rifdania mengatakan akan segera mengeluarkan surat edaran bagi peternak maupun pedagang sapi.

"Surat edaran sedang dipersiapkan ini, intinya itu mengajak masyarakat untuk bekerja sama dengan pemerintah. Untuk sementara kita pelarangan. Nggak boleh ambil (sapi, kambing, domba) dari Gunung Kidul," kata Afi, kepada TribunSolo.com, Kamis (6/7/2023)

Selain melarang mendatangkan sapi dari Gunung Kidul, pihaknya juga memperketat pemantauan arus lalu lintas hewan sapi, kambing dan domba dari Kabupaten Wonogiri dan Pacitan.

“Kami juga rutin melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para pedagang dari luar tersebut,” katanya.

Pihaknya telah melakukan pemantauan ketat di wilayah yang dulu pernah ditemukan kasus tersebut.

Meski sejak 2011 lalu sampai saat ini kasus antraks ini tak muncul lagi, tapi pihaknya enggan pengawasan lengah.

Baca juga: Inilah Mbrandu, Kebiasaan Warga Sembelih Sapi yang Sakit, Diduga jadi Pemicu Antraks di Gunungkidul

Baca juga: Waspada Antraks, Warga Karanganyar Diminta Tidak Beli Sapi dari Gunung Kidul Sementara Waktu Ini

Pihaknya setiap tahun rutin mengambil sampel tanah di tempat penguburan hewan di daerah endemis anthraks, antara lain di Kecamatan Simo, Andong, Klego, Selo dan Kecamatan Ampel.

Selain itu pengambilan sampel tanah juga dilakukan di daerah sekitar pasar hewan dan sekitar tempat pemotongan hewan.

Pengambilan sampel tanah juga dilakukan di tempat penyembelihan ternak.

“Selanjutnya, sampel dibawa ke laboratorium di Wates, Kulonprogo,” katanya.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved