Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Karanganyar

Cerita Sri, Penjual Umbul-umbul di Karanganyar : Naik Kereta dari Garut, Berharap Berkah 17 Agustus

Sejumlah penjual bendera merah putih dan umbul-umbul sudah membuka dagangannya di beberapa titik Jalan Lawu menjelang momen HUT ke-78 RI.

Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Adi Surya Samodra
TribunSolo.com / Mardon Widiyanto
Dagangan bendera merah putih dan umbul-umbul mulai terpajang di sepanjang jalan Lawu, Minggu (30/7/2023). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto

TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Sejumlah penjual bendera merah putih dan umbul-umbul sudah membuka dagangannya di beberapa titik Jalan Lawu menjelang momen HUT ke-78 Republik Indonesia.

Itu dimulai dari kawasan Jembatan Jurug, Kabupaten Karanganyar.

Termasuk di kawasan bawah Flyover Palur juga dijumpai para penjual bendera merah putih dan umbul-umbul. 

Beberapa diantara mereka merupakan penjual yang berasal dari Jawa Barat. 

Dari pantauan TribunSolo.com,  para penjual bendera merah putih dan umbul-umbul tersebut pun bisa dijumpai hingga simpang empat Papahan, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar. 

Baca juga: 4 Lapangan di Solo untuk Piala Dunia U-17 Belum Cukup, Harus Pinjam ke Karanganyar

Nampak mereka ada yang menunggu dan berpanas-panasan, ada pula yang menunggu sambil berteduh.

Hal itu dilakukan agar mendapatkan penghasilan dari berjualan bendera.

Pedagang bendera dan umbul-umbul, Sri (50)  mengatakan dirinya sudah berjualan sejak 5 hari lalu. 

"Kami sudah di sini sudah 5 hari yang lalu, kami datang ke sini hanya hanya ingin jualan musiman saja," kata Sri kepada TribunSolo.com, Minggu (30/7/2023).

Sri yang juga bekerja sebagai petani di Garut ini datang ke Kabupaten Karanganyar dan berjualan barang tersebut hanya untuk mencari tambahan penghasilan.

Baca juga: PDIP Bakal Pecat Kader yang Tak Dukung Ganjar, Ketua DPC PDIP Karanganyar : Setuju, Harus Begitu

Ia mengatakan dirinya berjualan barang tersebut sampai 16 Agustus 2023.

"Berangkat dari Garut naik kereta, selama berjualan di Kabupaten Karanganyar saya tinggal di kos," ucap Sri.

Ia mengatakan berdatang tak sendiri.

Dia menuturkan berdagang bersama rekan-rekannya yang dari Tasikmalaya, serta Ciamis.

"Saya jualnya dengan sistem setor, sehari terkumpul berapa kemudian disetor, untuk harga mulai Rp 25 ribu sampai  paling mahal Rp 200 ribu," ungkap dia

"Untuk saat ini masih sepi, baru bisa membeli makan sehari-hari," pungkasnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved