Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Viral

Gempa Bumi Kembali Guncang Pacitan, Ini Penjelasan Ahli Soal Seringnya Pacitan Diguncang Gempa

Di Pacitan, gempa bumi bukan hanya terjadi sekali itu saja, melainkan berkali-kali. Lalu apa yang membuat Pacitan sering diguncang gempa?

Penulis: Tribun Network | Editor: Erlangga Bima Sakti
TRIBUN BATAM
Ilustrasi Gempa Bumi 

TRIBUNSOLO.COM - Gempa bumi kembali mengguncang Kabupaten Pacitan, Jawa Timur pada Sabtu (19/8/2023) dini hari WIB. Gempa magnitudo 5 itu tidak berpotensi tsunami.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, lokasi gempa bumi Pacitan hari ini berada di laut pada jarak 80 kilometer (km) arah Barat Daya Kota Pacitan pada kedalaman 10 km.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar dasar laut," jelasnya.

Baca juga: Bocil Bermain Korek Api Jadi Petaka, Kios Mebel Seisinya di Matesih Karanganyar Terbakar

Di Pacitan, gempa bumi bukan hanya terjadi sekali itu saja, melainkan berkali-kali. Lalu apa yang membuat Pacitan sering diguncang gempa?

Menurut Daryono di dasar laut sebelah selatan Pacitan terdapat struktur sesar aktif.

"Melihat parameter gempanya dengan kedalaman dangkal, (penyebabnya) tampak ada struktur sesar aktif di dasar laut tersebut," kata Daryono.

Meskipub begitu pihaknya belum memetakan sesar apa yang melewati wilayah tersebut.

Selain aktivitas sesar aktif, penyebab Pacitan sering terjadi gempa juga karena subduksi lempang.

Baca juga: Pencuri Bobol Minimarket karena Utang Judi Slot, Tinggalkan Pesan Bakal Kembalikan jika Punya Uang

"Banyak juga dari aktivitas subduksi lempeng indo-Australia ke bawah Eurasia," tandas dia.

Sementara itu, dilansir dari laman Universitas Gadjah Mada (UGM), peneliti sekaligus Staf Ahli Pusat Studi Bencana UGM Gayatri Indah Marliyani mengatakan, wilayah selatan Pacitan kerap terjadi gempa akibat sesar naik yang banyak dijumpai pada zona tumbukan lempeng.

"Gempa-gempa ini biasanya terjadi di daerah yang di dalam istilah geologi disebut sebagai zona prisma akresi dan cekungan muka busur," kata dia.

Jika dilihat dari peta kedalaman bawah laut (batimetri), terlihat bahwa cekungan muka busur (berupa depresi di lepas pantai) di selatan Pacitan secara drastis menyempit dibandingkan dengan di selatan Yogyakarta.

"Hal ini mengindikasikan bahwa di selatan Pacitan ada tekanan yang lebih kuat yang diakibatkan oleh adanya morfologi tinggian (tonjolan) di dasar laut yang ikut terseret masuk ke zona subduksi di daerah ini, yang bisa diamati dengan baik dari data batimetri," jelas Gayatri.

Baca juga: Imbauan BPBD Wonogiri, Warga Diminta Waspada Gempa Bumi : Utamakan Menyelamatkan Diri Dulu

Adanya morfologi tinggian ini menjadi ‘ganjalan’ dari proses subduksi sehingga menyebabkan pergerakan lempeng menjadi tertahan.

Energi yang tertahan kemudian dilepaskan melalui sentakan tiba-tiba yang ditandai oleh peristiwa gempa bumi.

Seringkali, gempa bumi yang terjadi berkekuatan M 5-6.

"Ini sebenarnya bisa jadi merupakan pertanda baik, bahwa energi yang tertahan dilepaskan secara bertahap," tandas Gayatri.

Namun, untuk mengetahui berapa nilai energi yang masih tersimpan dan yang dilepaskan, Gayatri mengatakan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. (*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved