Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pemilu 2024

Pengamat Ungkap Alasan Elektabilitas Prabowo-Gibran Tinggi Meski Jarang Kampanye, Faktor Jokowi

Dibandingkan dua paslon lainnya, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, pasangan Prabowo-Gibran lebih jarang berkampanye.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Istimewa
Penyebeb elektabilitas Prabowo-Gibran tertinggi meski jarang kampanye. 

TRIBUNSOLO.COM - Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, menyebut tingginya elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka karena beberapa faktor.

Padahal dibandingkan dua paslon lainnya, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, pasangan Prabowo-Gibran lebih jarang berkampanye.

Ahmad Khoirul menilai tingginya tingkat keterpilihan Prabowo-Gibran bisa dari sisi infrastruktur mesin politik yang lebih unggul dibandingkan dua paslon lainnya, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Baca juga: Yusril Yakin Prabowo-Gibran Menang 1 Putaran Meski Lebih Jarang Kampanye, Ini Alasannya

Terutama dari sisi pergerakannya yang dinilainya lebih agresif bergerak.

“Secara postur kekuatan juga memang relatif lebih besar,” kata Umam saat dihubungi, Jumat (15/12/2023).

Hal itu tidak lepas dari jumlah partai politik yang mendukung paslon ini, yang mencapai sembilan parpol.

Sembilan parpil itu yakni Gerindra, Golkar, Partai Amanat Nasional dan Partai Demokrat.

Kemudian, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Gelora, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Garuda, dan Partai Rakyat Adil Makmur (Prima).

Baca juga: TKN Ganjar Tak Lagi Kritisi Presiden, Kini Klaim Sebagai Penerus Jokowi Saingan dengan TPN Prabowo

“(Mereka) punya 45 persen, lalu disusul (pasangan) nomor urut 1 punya 29 persen. Lalu terakhir nomor urut 3 dengan kekuatan mesin partai politik dengan basis kursi di parlemen sekitar 25 persen. Gapnya berarti cukup besar,” tutur Umam.

Umam mengatakan, pasangan Prabowo-Gibran juga di-backup jaringan relawan.

Salah satunya, kelompok relawan pendukung Presiden Joko Widodo yang pada Pemilu 2019 lalu turut memenangkan mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

“Sehingga kemudian efek dominonya juga lebih besar,” kata Umam.

Faktor kedua adalah efek dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Prabowo dalam pidatonya berkali-kali mengatakan bahwa ia akan melanjutkan program-program Jokowi dan merupakan bagian dari “tim Jokowi”.

“Mereka (kubu Prabowo-Gibran) enggak perlu kampanye lebih banyak, karena kubu nomor urut 1 narasinya kontra, kubu nomor urut 3 narasinya agak gamang. Di satu sisi bersikap kritis, di sisi lain bersikap pro terhadap keberlanjutan,” kata Umam.

“Relatif lebih mudah bagi publik untuk mencerna bahwa keberlanjutan Jokowi itu lebih konsisten terlihat di kubu 02,” kata pengamat politik dari Universitas Paramadina itu.

Baca juga: Mahfud MD Sebut Cak Imin Lawan Debat Terberat, Anies : Karena jadi Cawapres Bukan Muncul Mendadak

Tidak turunnya Prabowo sebagai Menteri Pertahanan dan Gibran sebagai Wali Kota Solo, menurutnya, juga merupakan strategi yang menguntungkan mereka.

Misalnya, ketika Gibran salah mengucapkan “asam folat” menjadi “asam sulfat”.

“Maka dengan tidak mundur dari jabatan, (jarang kampanye) digunakan sebagai strategi mereka untuk meminimalisir potensi error,” ucap Umam.

Meski demikian, Umam menilai, kubu Prabowo-Gibran juga tetap perlu lebih intens lagi untuk kampanye.

“Kalau mereka sifatnya hanya take for granted seperti saat ini, kampanye terbatas, ngomong terbatas, ini berpotensi memunculkan dua ancaman,” kata Umam.

Baca juga: Bawaslu Solo Pastikan 2 Caleg PSI Langgar Aturan Kampanye, Sanksi Menanti Istri Giring Ganesha

Ancaman pertama yaitu memenangkan Pilpres 2024 satu putaran seperti yang mereka harapkan selama ini.

Lalu, ancaman kedua memberikan ruang kepada capres-cawapres lain yang lebih agresif dalam menjalankan mesin infrakstruktur pemenangan.

Terbaru, dalam survei Litbang Kompas, Prabowo-Gibran berada di urutan pertama dengan perolehan elektabilitas 39,3 persen, sedangkan pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar 16,7 persen dan pasangan nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD dengan 15,3 persen.

(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved