Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pemilu 2024

Suaranya Jadi Rebutan Banyak Peserta Pemilu, Petani di Sragen Emoh Hanya Dijadikan Objek Politik

Di tengah gelaran Pemilu 2024 ini, suara petani di Kabupaten Sragen menjadi rebutan oleh para peserta pemilu.

Tribunsolo.com/Mardon Widiyanto
Ilustrasi Petani dan Sawah 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Hampir 70 persen penduduk Kabupaten Sragen bekerja sebagai petani.

Di tengah gelaran Pemilu 2024 ini, suara petani di Kabupaten Sragen menjadi rebutan oleh para peserta pemilu.

Suara petani tidak hanya direbutkan oleh para calon anggota legislatif (Caleg) tingkat Kabupaten, Provinsi maupun Pusat saja, melainkan juga disasar para calon presiden.

Para petani di Sragen pun tidak mau, jika mereka hanya dijadikan objek kampanye saja.

"Kami berharap para caleg dan capres bisa memperjuangan ini (pupuk subsidi), jika mereka kampanye punya slogan ingin mensejahterakan petani, kami berharap nanti diwujudkan betul dalam pelaksanaannya," kata Ketua KTNA Sragen, Suratno kepada TribunSolo.com, Selasa (16/1/2024).

"Tidak hanya jargon-jargon pas mau Pemilu seperti ini, ini yang mungkin harus diwaspadai, jangan sampai petani hanya menjadi objek saja, beum bisa menjadi subjeknya dalam kancah perpolitikan ini," tambahnya.

Baca juga: Apa Manfaat Vaksinasi Polio? Kini Diberikan ke 95.231 Bayi hingga Anak-anak di Sragen

Baca juga: Niat Perbaiki Speaker di Rumah, Pria Asal Sukodono Sragen Malah Tewas Tersetrum Listrik

Menurutnya, saat ini pemerintah semakin tidak berpihak kepada petani.

Contohnya saja alokasi pupuk subsidi untuk petani di Kabupaten Sragen yang dikurangi mencapai 40 persen.

Padahal, saat ini para petani sedang membutuhkan pupuk subsidi untuk setidaknya bisa mengurangi biaya produksi.

Tak hanya itu, petani di Kabupaten Sragen juga jauh dari kata sejahtera.

Pada kenyataannya, Sragen masih menjadi kabupaten dengan jumlah penduduk paling banyak kedua di wilayah Solo Raya setelah Kabupaten Klaten.

"Padahal Sragen ini, yang agak kontradiktif adalah Sragen menjadi lumbung pangan nomor dua di Jawa Tengah dan peringkat 10 atau 12 nasional, tapi kenapa kok angka kemiskinannya seperti ini?," ucap Suratno.

"Mungkin antara biaya produksi dengan produksinya masih belum bisa balance, karena itu ini layak jadi perhatian," pungkasnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved