Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo

Tradisi Klenteng Tien Kok Sie di Solo Jelang Imlek, Lepaskan 888 Burung dan Ikan, Ini Maknanya

Pelepasan burung dan ikan sendiri merupakan keyakinan dari warga Tionghoa sebagai bentuk mencari karma baik.

Tribunsolo.com/Andreas Chris
Klenteng Tien Kok Sie adakan Tradisi Po UN atau ruwatan dengan melepas masing-masing 888 burung dan ikan, Minggu (28/1/2024). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto Nugroho

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Klenteng Tien Kok Sie yang berada di dekat Pasar Gedhe Solo kembali menggelar tradisi tahunan pelepasan burung dan ikan pada Minggu (28/1/2024) pagi.

Ketua Yayasan Klenteng Tion Kok Sie, Sumantri Danawaluya menerangkan kegiatan kali ini merupakan salah satu tradisi untuk ruwatan.

Lebih lanjut menurut Sumantri, kegiatan ini merupakan serangkaian acara yang telah dimulai sejak Sabtu malam.

"Jadi pada hari ini kelenteng Tien Kok Sie mengadakan acara yang disebut menyambut Po Un atau tolak bala dalam bahasa Indonesianya kalau di Jawa disebut Ruwatan," ujar Sumantri saat ditemui di Klenteng.

"Sebetulnya acara ini tidak lepas dari acara kemarin. Selalu acaranya dua hari jadi pada malam hari jam 18.00 WIB sampai sekitar 21.00 WIB, ada doa yang dilantunkan oleh Bikhu bersama umat. Setelah itu dilanjutkan hari ini dengan diawali pada tadi pagi jam 05.00 WIB, para Bikhu dan umat dan simpatisan pengurus semuanya datang dan mengadakan doa beberapa kali," sambungnya.

Baca juga: PKL Pasar Gede Solo Kena Palak, Pelaku Diamankan di Tambal Ban, Kerap Minta Jatah Rp 50 Ribu

Pelepasan burung dan ikan sendiri merupakan Sumantri merupakan keyakinan dari warga Tionghoa sebagai bentuk mencari karma baik.

"Setelah selesai dilanjutkan pelepasan burung dan ikan. Makna ruwatan ini sebenarnya untuk orang Tionghoa yang mengenal shio biasanya ada beberapa orang masyarakat yang shionya bertentangan dengan tahun ini. Untuk menyelesaikan itu kita biasanya melepaskan burung atau ikan," kata dia.

Tak hanya diadakan di Klenteng, warga juga bisa melakukan tradisi melepas burung dan ikan secara mandiri, namun juga harus memenuhi syarat yakni terkait jumlah hewan yang dilepas.

"Tahun ini kita melepaskan 888 burung dan ikan masing-masing untuk kelenteng. Tapi banyak masyarakat yang juga melepaskan sendiri dengan perhitungan jumlah umur seseorang ditambah satu. Kenapa melepas burung dan ikan, dengan melepaskan itu kita memohon semoga mendapat karma baik karena bisanya kedua hewan itu dikurung dan ketika dibebaskan sudah tentu kita mengharapkan tadi," imbuhnya.

Usai tradisi tersebut, ada juga acara lanjutan dengan ruwatan mandi dan potong rambut.

Baca juga: Tunggu Penggantian Jalur Kereta Api, Viaduk Gilingan Solo Akan Ditutup Bulan Maret 2024

"Setelah selesai melepas burung dan ikan, dilanjut doa bersama lagi dipimpin Bikhu dan dilanjut nanti 11.30 WIB dilanjut dengan ruwatan mandi dan potong rambut. Rambut akan dipotong sedikit dan semua dikumpulkan kemudian dilarung ke sungai Bengawan. Tujuannya membuang sial," urai Sumantri.

Sementara untuk yang mengikuti ruwatan mandi dan potong rambut diakui Sumantri bahwa pesertanya membeludak hampir mencapai seribuan warga.

"Cukup banyak, ya ratusan. Mungkin untuk yang potong rambut nanti kan juga disebut namanya. Kemarin saya lihat daftarnya hampir seribu. Tapi seribu itu sebagian tidak hadir, hanya setor nama dan didoakan oleh Bikhu," pungkasnya.

Sebagai informasi, Klenteng Tien Kok Sie merupakan salah satu tempat ibadah warga Tionghoa yang cukup unik.

Selain menjadi Klenteng pertama di Kota Solo, Klenteng Tien Kok Sie juga menjadi lokasi ibadah untuk pemegang keyakinan Budha, Konghuchu dan Tao.

(*)

 

 

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved