Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Ketahui Faktor Penyebab Usus Buntu pada Anak, Bukan Gara-gara Sering Makan Biji-bijian Lho!

Jika ada keluhan-keluhan yang mengindiskasikan usus buntu, sebaiknya segera dibawa ke faskes terdekat ke dokter anak maupun dokter bedah anak.

Penulis: Rifatun Nadhiroh | Editor: Rifatun Nadhiroh
Kompas Health
Ilustrasi usus buntu 

TRIBUNSOLO.COM - Adakah orang sekitarmu pernah menjalani operasi usus buntu atau anak Anda sendiri pernah mengalaminya?

Penyakit usus buntu adalah peradangan yang menyebabkan pembengkakan pada usus buntu atau apendiks.

Diutarakan Dokter spesialis bedah anak Rumah Sakit JIH Solo, dr. Ibnu Sina Ibrohim, Sp. BA, lazimnya, semua orang pasti memiliki usus buntu lho.

Fungsi usus buntu ini sebagai organ pertahanan tubuh yang membantu melawan infeksi, terutama di pencernaan.

Saat mengalami peradangan usus buntu disebut apendisitis, penyebabnya biasanya diawali dengan adanya infeksi di tubuh kita baik di pencernaan atau saraf pernapasan.

Baca juga: Bahayakah Hernia pada Bayi dan Anak? Simak Penjelasannya dari Dokter Spesialis Bedah Anak RS JIH

Sehingga organ pertahanan tubuh di sekitar usus buntu aktif melawan dan jadi membesar, dan saat membesar ia tertekan, dan kemudian mengalami penyumbatan di usus buntu.

Jika ada riwayat konstipasi, ada feses yang menyumbat maka kondisi usus bantu semakin memberatkan.

Jadi, penyebab usus buntu bukan karena sering makan biji-bijian yang menumpuk di usus seperti mitos yang beredar.

Mengenai keluhan yang dirasakan, biasanya pada anak-anak, merasakan nyeri namun tidak bisa menjelaskan dan hanya menunjukan di sekitar pusar, pinggul dan tidak spesifik.

"Kalau merasa nyeri, biasanya ada periode hilangnya, makin lama waktu nyeri semakin singkat dan sekali serangan semakin kuat dan lama nyerinya, lama kelamaan berjalan prosesnya nyerinya di sebelah kanan bawah usus buntu itu,"

"Selain nyeri, nafsu makannya turun, kemudian kalau batuk atau bersin atau menggunakan otot perut sampai nyeri di bagian bawah perut dan bisa sampai demam kalau kondisinya makin memberat lagi," jelas dr. Ibnu Sina Ibrohim, Sp. BA.

Baca juga: Diet Sehat Vs Diet Cepat, Mana yang Lebih Baik? Simak Penjelasan dari Dokter Spesialis Gizi JIH Solo

Jika ada keluhan-keluhan yang mengindiskasikan usus buntu, sebaiknya segera dibawa ke faskes terdekat ke dokter anak maupun dokter bedah anak.

Sedangkan untuk penanganannya, bisa dilakukan dengan operasi 2 macam yang secara konvensional.

"Operasi konvensional dengan irisan di bagian kanan bawah, kalau belum pecah irisannya kecil, kalau sudah pecah irisannya harus besar untuk membuang usus buntu dan mencuci area yang terkontaminasi harus bersih,"

"Lalu ada operasi metode minimal invasif dengan laparoskopi. Kita masukkan kamera dari pusar, kemudian kita masukkan alat di perutnya 2 titik, kemudian kita ambil kita buang usus buntunya kemudian kita cuci bersih,"

"Operasi metode minimal invasif dengan laparoskopi itu lebih aman, kemudian secara kosmetik jauh lebih baik, recovery-nya jauh lebih cepat, kemudian resiko komplikasinya lebih minimal dibanding operasi konvensional," tutur dr. Ibnu Sina Ibrohim, Sp. BA.

Baca juga: Benarkah Perempuan Lebih Rentan Mengalami Hipertensi? Ini Jawaban Dokter RS JIH Solo

(*/adv)

 
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved