Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Tribun Solo Wiki

3 Fakta Menarik Ciu Bekonang Sukoharjo Jateng : Ada Sejak Penjajahan Belanda, Bukan Sekedar Miras

Ciu Bekonang ternyata memiliki sejarah yang panjang. Keberadaan ciu ini ada sejak zaman penjajahan belanda.

TribunSolo.com/Anang Maruf
Desa Bekonang, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Sentra Industri Alkohol dan minuman ciu. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Anang Ma'ruf

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Kabupaten Sukoharjo yang terletak di Provinsi Jawa Tengah tepatnya di Selatan Kota Solo, sangat terkenal dengan berbagai industri.

Salah satunya dikenal sebagai sentra industri alkohol. 

Di tengah aktivitas para perajin cairan medis itu, ada pekerjaan sambilan yang dilakukan warga setempat.

Di sana, warga kerap menyuling sisa-sisa cairan etanol dengan cairan tebu. 

Hasil dari penyulingan etanol itulah yang banyak digemari warga di Kabupaten Sukoharjo maupun sekitarnya sebagai sebuah minuman bernama Ciu Bekonang.

Nah, Tribunners wajib tahu soal 3 fakta terkait Ciu Bekonang ini. Simak fakta-faktanya berikut ini :

1. Ada Sejak Zaman Penjajahan Belanda

Ketua Paguyuban Industri Etanol Bekonang, Sabariyono (51) menjelaskan minuman ciu sudah masuk di Bekonang Sukoharjo sejak penjajahan Belanda.

"Cerita turun temurun kakek saya, Ciu bekonang pertama kali dibuat saat masa pemerintahan Belanda dengan tujuan untuk membodohi orang keraton Solo," ucap Sabar sapaan akrabnya, Minggu (9/6/2024).

Baca juga: Asal-usul Pasaran Kliwon Bekonang Sukoharjo Jateng: Buka Mengikuti Penanggalan Jawa

Pria paruh baya itu bercerita, seiring berjalannya waktu, ciu bekonang malah menjadi minuman keras khas dari Sukoharjo.

Bukan lagi menjadi sebuah minuman para bangsawan Keraton Solo dan sekitarnya lagi.

Lebih lanjut, nama ciu Bekonang terkenal sampai keluar Jawa Tengah. 

"Kita tahu, saat ini Bekonang menjadi salah satu produk UMKM unggulan dan menjadi ciri khas daerah tersebut, sampai terkenal dengan sebutan kampung ciu, atau sentra industri alkohol," paparnya.

 

2. Bukan Sekedar Miras

Meski demikian, sejak 1970-an, produksi alkohol di daerah Bekonang tidak hanya ditujukan untuk pembuatan minuman keras.

Melainkan juga diproduksi untuk alkohol medis.

Justru, legalitas izin usaha ciu Bekonang ini adalah untuk produksi alkohol medis. 

“Jadi kita izinnya buat alkohol medis, bukan miras,” kata Sabar.

3. Gunakan Tetesan Tebu

Sementara itu, proses pembuatan ciu Bekonang sendiri menggunakan tetesan tebu. 

Mereka mendapatkannya dari beberapa pabrik gula yang ada di sekitar Sukoharjo.

“Pokoknya hasil bumi yang mengandung gula itu bisa diproses (ciu),” ujarnya.

Tetes tebu tersebut kemudian dicampur air, lalu difermentasi. 

Proses inilah yang paling menentukan hasil ciu baik atau tidak, prosesnya bisa memakan waktu lima sampai enam hari. 

Baca juga: Bengawan Solo Lagi-Lagi Tercemar Limbah Ciu, PDAM Hentikan Produksi 6 Jam

Lalu dilanjutkan dengan proses terakhir yaitu penyulingan, di proses ini bertujuan untuk menentukan kadar alkohol.

“Kadar alkohol ciu 35 persen standarnya, untuk menaikkan atau mengurangi, melalui proses penyulingan, bisa sampai 90 persen,” lanjut Sabar.

Kemudian, untuk proses distribusi atau pemasaran biasanya konsumen langsung mendatangi rumah produksi untuk membeli produk ciu Bekonang

Tak hanya itu, mereka juga sudah memiliki pelanggan tetap yang siap menampung hasil produksi ciu bekonang.

“Kalau yang beli banyak, biasanya juga kita ada yang nampung, penghasilan kami juga tak menentu, kan yang beli juga tidak pasti tiap hari berapa, tapi kalau sebulan mungkin 8 juta ada,” kata dia. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved