Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Tribun Solo Wiki

Asal-usul Nama Dusun Ngruweng di Klaten Jateng, Ada yang Bilang Teriakan Orang Karena Dibegal

Asal usul penamaan dusun ini ternyata memiliki beberapa versi. Hal ini disampaikan oleh salah satu tokoh desa setempat, Supono (60).

TribunSolo.com / Zharfan Muhana
Papan Dukuh Ngruweng di Desa Wiro, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Zharfan Muhana

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Dusun Ngruweng merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Wiro, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.

Asal usul penamaan dusun ini ternyata memiliki beberapa versi.

Hal ini disampaikan oleh salah satu tokoh desa setempat, Supono (60).

"Ada beberapa versi (asal-usul), semua juga punya dasar," ujar Supono kepada TribunSolo.com. Kamis (27/6/2024).

Versi pertama, diungkapkan olehnya bila disebelah kampung terdapat jalan besar.

"Sebelah kampung Ngruweng ada jalan kampung besar, antara makam Bayat pada waktu itu masih ramai dalam kekuasaan Eyang Pandanaran belum wafat dengan Demak. Jalan besarnya lewat situ," ungkapnya.

Setiap harinya orang yang melewati kampung, terdengar suara orang teriak-teriak karena dibegal atau dirampok.

Baca juga: Asal-usul Pasaran Kliwon Bekonang Sukoharjo Jateng: Buka Mengikuti Penanggalan Jawa

"Kemudian istilah Ponorogo kesana, kok desa setiap hari ada yang ngroweng (teriak)," jelasnya.

Dusun Ngruweng sendiri tidak terlepas dari tokoh penyebar agama Islam Kyai Haji Abdul Qohhar, selain tokoh agama ia juga dikenal sebagai guru spiritual Suhunan Pakubuwono IV hingga Pakubuwono IX.

Dijelaskan Supono, dalam versi kedua Ngruweng merupakan nama sebuah pusaka keris yang dipakai Kyai Abdul Qohhar saat babat alas.

"Diwaktu babad alas, eyang (Abdul Qohhar) menggunakan keris Kruweng, kemudian keris itu kepanjangan menjadi Ngruweng. Keris itu sebagai penakluk makhluk-makhluk sebelum eyang Abdul ada disini," paparnya.

Namun demikian, wujud keris sendiri tidak diketahui. Dipercaya berada di tengah pulau.

Pulau yang dimaksud berada di tengah sendang, berada di perkampungan.

Sementara versi ketiga, kata Ngruweng diketahui berasal dari bahasa Sansekerta.

"Ngruweng itu sebetulnya bahasa sansekerta, yang artinya halus. Eyang Abdul Qohhar memberikan itu, agar anak keturunannya menjadi orang-orang yang (bersikap) halus," pungkasnya.

(*)

 

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved