Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen

Kerajinan Fosil Kayu Khas Sangiran di Sragen Jateng, Konon 20 Tahun Lebih Warna Tak Pudar

Kawasan Desa Wisata Sangiran memiliki kerajinan manik-manik unik yang terbuat dari fosil kayu.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Adi Surya Samodra
TribunSolo.com / Septiana Ayu
Souvenir gelang manik-manik dari batu fosil kayu yang di toko suvenir Tanto Sangiran di objek wisata Museum Sangiran, Kabupaten Sragen. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Selain terkenal akan situs manusia purbanya, kawasan Sangiran di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen juga punya kerajinan manik-manik yang unik.

Kerajinan itu bukan terbuat dari batu alam biasa, melainkan dari fosil kayu.

Karena terbuat dari batu fosil kayu, warnanya coklat dan ada perpaduan hitam.

Batu yang diambil dari dalam tanah kawasan Sangiran, dibentuk sedemikian rupa hingga menjadi manik-manik mengkilat.

Paling banyak manik-manik dari fosil kayu dibuat menjadi gelang dan kalung.

Baca juga: Jadwal PPDB SMP di Sragen Jawa Tengah, Pendaftaran Jalur Afirmasi Dimulai 24 Juni 2024

Harga gelang fosil kayu ini dibanderol Rp 40.000 sampai Rp 60.000 per buah.

Pemilik toko souvenir Tanto Sangiran, Sri Amini mengatakan gelang manik-manik batu fosil kayu ini paling dicari oleh wisatawan luar Sragen.

Bukan hanya karena warna dan bahan bakunya yang unik, juga karena warna manik-manik tersebut tahan lama dan tidak mudah pudar.

"Kebanyakan yang cari wisatawan dari luar Sragen, mereka beli satu, terus pas ke sini beli lagi, karena memang awet, saya pakai gelang ini sudah 23 tahun warnanya masih sama," katanya kepada TribunSolo.com.

Lanjutnya, kini permintaan tidak hanya dari wisatawan yang berkunjung ke Museum Sangiran saja, juga datang dari pembeli yang membeli secara online.

Saat ini, bahan baku untuk membuat manik-manik dari fosil kayu tersebut sudah jarang ditemui di kawasan Sangiran.

Baca juga: Camilan Sorgum ala Emak-emak di Wonogiri Jateng, Sulap Sorgum Jadi Apem, Jadah, Hingga Popcorn

Sementara itu, Sri Amini sudah berjualan di kawasan Museum Sangiran sejak tahun 1980.

Awalnya ia berjualan es dan kemudian membuka usaha menjual souvenir dengan suaminya, dan usaha itu masih berlangsung hingga kini.

Dari berjualan souvenir, ia dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga tuntas.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved