Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Apakah Keputihan saat Hamil Berbahaya? ini Penjelasannya

Kondisi keputihan memang berbahaya terutama bagi ibu hamil. Namun, orang kadang bingung membedakan keputihan dan cairan ketuban.

|
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Adi Surya Samodra
Istimewa
Dokter Spesialis Kandungan RS JIH Solo dr. Nuri Dyah Anggraini, Sp.OG dan ilustrasi perempuan hamil 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO – Keluar cairan dari jalan lahir pada ibu hamil sebenarnya merupakan kondisi normal apabila masih berwarna bening.

Namun bila disertai perubahan warna dan sejumlah keluhan lain yang mengikuti, ini disebut sebagai keputihan yang bisa berbahaya terutama bagi ibu hamil.

Dokter Spesialis Kandungan RS JIH Solo dr. Nuri Dyah Anggraini, Sp.OG mengungkapkan orang kadang bingung membedakan apakah ini suatu cairan normal dari jalan lahir, atau suatu keputihan yang membutuhkan pengobatan.

Cairan bening yang keluar dari jalan lahir memang normal dialami oleh ibu hamil. Terkadang jumlahnya juga bisa banyak.

Terdapat sejumlah tanda-tanda yang bisa dikenali jika seseorang mengalami keputihan yang tidak normal.

Baca juga: Ibu Hamil Boleh Gendong Anak? Tips Dokter Spesialis Kandungan RS JIH Solo : Hindari Posisi Bungkuk

“Cairan vagina pada ibu hamil memang lebih banyak dibandingkan dengan wanita normal yang tidak hamil, hal ini disebabkan karena pengaruh hormonal. Kalau warnanya bening aja nggak masalah,"

"Tapi kalau berubah warna menjadi hijau, kuning, abu-abu, berbau tidak sedap, dan memberikan keluhan gatal di area vagina dan selangkangan wajib dilakukan pengobatan,” tuturnya.

Penyebab keputihan yang tidak normal biasanya disebabkan kuman bakterial vaginosis atau streptokokus.

Bahaya yang bisa timbul apabila keputihan tidak teratasi dengan baik adalah bisa menyebabkan infeksi yang mana bisa mengakibatkan ketuban pecah dini, kontraksi sampai dengan persalinan prematur.

dr. Nuri menyarankan untuk menjaga kebersihan di area vagina untuk menghindari penyakit ini. Salah satunya dengan memilih bahan celana dalam yang menyerap.

“Pilih bahan yang katun, tidak boleh berbahan silk atau yang kurang menyerap. Celana dalam nggak boleh ketat. Dijaga supaya area vagina tidak boleh lembab,” ungkapnya.

Ia juga menyarankan untuk penggunaan produk-produk pembersih vagina tidak boleh berlebihan.

Selain itu, seorang ibu hamil perlu sering-sering mengganti celana dalam kalau dirasa ada cairan vagina yang keluar.

Dr. Nuri juga menyarankan untuk menghindari penggunaan pembalut. Lebih baik mengganti celana dalam untuk menjaga agar tetap higienis.

Baca juga: Waspada, Ini Berbagai Gejala Infeksi Saluran Kencing pada Ibu Hamil, Segera Periksa ke RS JIH Solo

(*/ADV)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved