Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pelajar Sragen Tewas Latihan Bela Diri

5 Fakta Pelajar Tewas saat Latihan Bela Diri di Sragen Jateng, Tersangka Terancam 15 Tahun Penjara

Wikan menambahkan meski ditetapkan menjadi tersangka, Y saat ini tidak ditahan, mengingat masih berstatus anak.

TribunSolo.com / Septiana Ayu
KOLASE FOTO : Ibu Jais, Suyatmi saat memegang foto semasa hidup anaknya (kiri), makam Muhammad Jais Andika Putra, pelajar Sragen yang tewas latihan bela diri di Kecamatan Giri, Kabupate Sragen (kanan). 

"Disahkan kemarin itu, saat ini melatih, saya bingungnya ya itu, sudah melatih kok sampai fatal begini," sambungnya.

Namun, cita-cita Jais sirna setelah dirinya dinyatakan meninggal dunia saat latihan bela diri, pada Jumat (12/7/2024) lalu.

5. Keluarga Kenang Kebaikan Jais

Kepergian Muhammad Jais Andika Putra (15) seorang pelajar asal Desa Gilirejo, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen menyisakan duka mendalam bagi keluarganya.

Pasalnya, selama hidupnya, Jais dikenal sebagai anak yang baik dan sopan.

Sang ibu, Suyatmi mengatakan Jais adalah anak kedua dari empat bersaudara.

Sang kakak saat ini sudah berkeluarga, dan Jais masih memiliki dua adik yang masih balita.

Seharusnya, pada tahun ajaran baru nanti, Jais duduk dibangku kelas 3 SMP.

Namun, takdir berkata lain, Jais berpulang saat latihan bela diri bersama temannya pada Jumat (12/7/2024) lalu.

"Jais sosok yang pendiam, sopan santun, disuruh apa saja mau, penurut, menerima apa adanya, kerja apa saja mau," ujar Suyatmi kepada TribunSolo.com, Senin (15/7/2024).

Lanjutnya, setelah sang kakak menikah, Jaislah yang setiap hari antar jemput Suyatmi, yang bekerja di Solo.

Sementara, jarak rumah Jais dengan Kota Solo cukup jauh, karena rumah Jais berada di dekat Waduk Kedung Ombo.

Namun, jauhnya jarak tidak jadi masalah bagi Jais, karena sebagai bentuk baktinya kepada sang ibu.

"Dia yang antar jemput saya setiap hari, jika tidak pulang, di rumah bersama kakeknya," kata dia.

Ayah Jais, Suwondo mengatakan yang merasa kehilangan atas kepergian Jais bukan hanya keluarga saja.

Namun, juga banyak para tetangga, bahkan warga dari dusun lain yang kehilangan sosok Jais.

"Jais dikenal ramah, sama siapa saja disapa, bahkan banyak warga yang menangis tahu dia meninggal, setiap ketemu warga sekitar, Jais selalu dikasih jempol, saking ramahnya," kata Suwondo.

Sebagai ayah, Suwondo pun juga sangat kehilangan.

Bahkan, ketika melihat jenazah sang putra, Suwondo sampai pingsan, saking tidak percaya sang putra sudah tiada.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved