Jamaah Islamiyah Bubar
Sejarah Ponpes Terafiliasi JI di Boyolali, Dulunya Pesantren Kecil yang Gersang dan Bertanah Merah
Awalnya pondok pesantren Darusy Syahadah hanyalah pesantren kecil dengan murid terbatas, di lokasi berbukit dan tanah merah yang tandus.
Penulis: Tribun Network | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
TRIBUNNEWS.COM, BOYOLALI – Sebelum bangunan Pondok Pesantren Darusy Syahadah yang saat ini berdiri kokoh di Simo, Boyolali, Jawa Tengah, ternyata dulunya pondok pesantren ini hanyalah pondok pesantren kecil dengan murid terbatas.
Pesantren Darusy Syahadah didirikan Ustad Mustaqim Safar, alumni dan mantan guru Ponpes Al Mukmin Ngruki, kini jadi Ketua Yayasan Yasmin Surakarta yang menaungi pesantren itu.
Awalnya hanya pesantren kecil dengan murid terbatas, di lokasi berbukit dan tanah merah yang tandus. Aktifitas pendidikan tingkat diniyah di pesantren ini dimulai Januari 1994.
Ini setahun setelah Abdullah Sungkar mendirikan Al Jamaah Al Islamiyah di Malaysia, dan organisasi ini mengembangkan jaringan lamanya di Indonesia.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya Juli 1994, unit Takhassus atau pendidikan level Kulliyyatul Mu’allimin pun dibuka.
Sabarno alias Amali, alumni angkatan kedua Ponpes Darusy Syahadah menceritakan kondisi awal pesantren yang gersang, bertanah merah, dan hanya memiliki dua bangunan kecil untuk santri.
Sumber air di kawasan berbukit-bukit itu juga terbatas, dan bahkan kemudian mengering. Ia tak menampik pengaruh gerakan JI kuat ditanamkan di pesantren ini.
Baca juga: Pejabat Kemenag Temui Tokoh-tokoh Eks Jamaah Islamiyah di Solo, Pastikan Pembubaran Bukan Gimmick
Secara pribadi pun Sabarno mengakui dekat dengan almarhum Gempur Budi Angkoro alias Urwah. Bahkan mereka masih berkerabat dari jalur ayah mereka.
Sekarang, setelah 30 tahun didirikan dan sudah meluluskan ribuan alumni, Sabarno melihat ada banyak perubahan di dalam pesantren.
Sepuluh tahun terakhir, Sabarno bahkan mengaku tidak pernah datang ke almamaternya ini, karena berstatus DPO alias buron Densus 88 Antiteror.
Standar operasi Jamaah Islamiyah, dalam posisi seperti itu setiap anggota tidak boleh lagi bergiat atau berinteraksi dengan organisasi sayap dan almamaternya.
Perubahan signifikan Ponpes Darusy Syahadah adalah pada akhirnya bersedia kooperatif dengan aparat keamanan dan pemerintah.
Hampir setahun lalu, tepatnya 27 September 2023, Ustad Mustaqim Safar memfasilitasi kehadiran tim Cegah Densus 88 Antiteror dan Kemenag Boyolali.
Kegiatan ini juga dihadiri tokoh penting organisasi JI, Ustad Siswanto, yang pernah ditangkap aparat hukum terkait aktifitas organisasi ini.
Mereka menggelar dauroh atau pertemuan akbar ‘Sosialisasi Kebangsaan’. Sekira 250 guru, pengurus pondok, dan santri mengikuti acara ini.
Baca juga: Abu Fatih, Eks Pimpinan JI Wilayah Jawa yang Kini Nikmati Hari Tua Berkebun Pisang di Karanganyar
Tiga isu disampaikan oleh tim Densus 88 Antiteror yang diwakili AKBP Goentoro Wisnu, mengenai efek intoleransi, terorisme, dan radikalisme.
Pertemuan terbuka ini menandai babak penting perubahan-perubahan di pesantren afiliasi JI, yang hampir setahun kemudian JI mencapai titik akhir : membubarkan diri.
Ustad Qasdi Ridwanulloh, Direktur Pontren Darusy Syahadah secara khusus melalui Tribun menyatakan pesantrennya terbuka untuk perbaikan dan siap berdialog dengan siapa saja.
Ustad Qasdi mengakui Ponpes Darusy Syahadah sejak lama berafiliasi dengan kelompok Jamaah Islamiyah.
Tapi secara prinsip, pesantren ini bertujuan mendidik anak-anak santrinya fokus pada ulumul syarii, perbaikan iman, dan perbaikan ibadah.
Setelah ada keputusan JI bubar 30 Juni 2024, Ustad Qasdi meyakinkan lembaganya terbuka untuk perbaikan supaya pendidikannya bermanfaat untuk kebaikan santri, umat, bangsa dan negara.
“Apabila ada stigma negatif, kami berharap agar mengutamakan klarifikasi, tabayun. Kita siap dialog,” tegas Ustad Qasdi yang alumni LIPIA Jakarta ini.
Kini, bendera besar merah putih terlihat terpasang di pucuk tiang cukup besar di depan kantor Pesantren Darusy Syahadah, Simo, Boyolali, Jawa Tengah.
Remang senja dan angin yang tenang serta hawa dingiin membuat bendera negara itu tak bergerak, seperti membeku di kampung bernama Kedung Lengkong itu.
Di seberang kantor, papan nama besar pesantren terlihat berwarna keemasan, tegak di depan deretan gedung tempat para santri biasa belajar.
Baca juga: 3 Fakta Ponpes Darusy Syahadah di Boyolali : Dulu Terafilisiasi JI, Sekarang Pasang Atribut NKRI
Di belakang bangunan itu berdiri kokoh masjid Darusy Syahadah. Berkubah besar, masjid itu belum seratus persen kelar pembangunannya.
Beranjak ke ruang tamu kantor pesantren, empat bendera terpasang di sebelah pintu masuk. Ada bendera merah putih, bendera lambang Kemenag, bendera yayasan, bendera pesantren.
Foto Presiden Joko Widodo dan Wapres Maruf Amin mengapit lambang garuda di dinding ruangan sebelah kanan pintu masuk.
Ustad Qasdi Ridwanulloh dan sejumlah guru menerima kedatangan Tribun, yang secara khusus ingin melihat dari dekat pesantren afiliasi JI itu.
Pesantren Darusy Syahadah mencuat namanya di tahun 2009, ketika alumni Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki yang mengajar di pesantren ini tewas bersama Noordin Mohd Top.
Namanya Gempur Budi Angkoro alias Urwah. Noordin dan Urwah tewas saat rumah singgahnya di Mojosongo digempur apparat Densus 88 Antiteror.
Keduanya melawan menggunakan senjata api dan peledak. Baku tembak berlangsung berjam-jam, sebelum rumah yang ditempati terbakar dan ambruk.
Noordin Mohd Top saat itu buronan paling dicari karena diduga merekrut dan menjadi guru spiritual para pengebom bunuh diri di berbagai lokasi di Indonesia.
Noordin Mohd Top tercatat warga Malaysia, murid Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir semasa di sekolah agama Luqmanul Hakim Johor Bahru, Malaysia.
(Tribunnetwork)
(*)
3 Fakta Ponpes Terafiliasi JI di Boyolali Jateng Akan Gelar Upacara HUT ke-79 RI, Santri Dilatih TNI |
![]() |
---|
Ponpes Darusy Syahadah di Boyolali Jateng Bakal Gelar Upacara HUT ke-79 RI, Efek JI Bubar? |
![]() |
---|
Ratusan Eks Anggota Jamaah Islamiyah Kumpul di Klaten, Bahas Alasan Mengapa JI Membubarkan Diri |
![]() |
---|
Jamaah Islamiyah Bubar, Begini Cara Eks Ketua Mantiqi 'Sadarkan' Anggota hingga Tingkat Bawah |
![]() |
---|
3 Cara Sabarno, Eks Jamaah Islamiyah Tak Terendus dan Kabur dari Kejaran Densus 88 Selama 10 Tahun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.