Stigma Solo sebagai Sarang Teroris
Pakar Minta Waspadai Penegakan Hukum Problematis soal Terduga Teroris, Bisa Timbulkan Bibit Baru
Penegakan hukum yang problematis yang menimbulkan rasa ketidakadilan bagi keluarga eks napiter ditakutkan bisa menjadi bibit ideologi terorisme.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Keadaan menjadi jauh berbeda setelah aparat penegak hukum makin agresif melakukan penangkapan.
Para keluarga yang ditinggalkan tak pernah mendapat penjelasan memadai. Hal ini yang menimbulkan dendam yang justru kontraproduktif dengan upaya deradikalisasi.
“Kalau kita bicara keluarga subyektif. Saya bisa nyebut banyak. Ada anaknya yang sangat dendam. Ini yang nggak diperhatikan. Kami lakukan pendekatan kami berikan masukan. Ketika tidak diperhatikan saya menyaksikan ada yang dendam sekali. Terlepas perbuatan orang tuanya benar atau tidak,” ungkapnya.
Justru penegakan hukum yang problematis inilah yang menimbulkan rasa ketidakadilan sehingga menjadi bibit ideologi terorisme.
“Pemilah-milahan kawan mereka menciptakan kecemburuan yang justru menyulitkan kita menjauhkan ideologi terorisme. Rasa tidak adil paling mudah diajak (aksi teroris). Hukumannya besar kecil subyektif. Tapi prosesnya. Kita kesulitan dengan jaringan-jaringan yang masih ada,” jelasnya.
Eks Napiter Temukan Banyak Kejanggalan dari Penangkapan Kasus Bom Bunuh Diri di Mapolresta Solo |
![]() |
---|
Kisah Eks Terpidana Teroris di Solo Jateng Dapat Pencerahan Saat Lihat Kebengisan Sesama Tahanan |
![]() |
---|
Ragam Sumber Diskriminasi yang Dialami Eks Napiter Hingga Terduga Teroris, Ada Lembaga Negara |
![]() |
---|
Pendampingan Hukum Disebut Tak Memadai Bagi Terduga Teroris, Stigma Buat Jauh dari Rasa Keadilan |
![]() |
---|
Soroti Penangkapan Terduga Teroris Era Kini, Praktisi Hukum : Kontraproduktif dengan Deradikalisasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.