Stigma Solo sebagai Sarang Teroris
Ragam Sumber Diskriminasi yang Dialami Eks Napiter Hingga Terduga Teroris, Ada Lembaga Negara
Diskriminasi diklaim masih kerap dirasakan para mantan narapidana terorisme (napiter) dan keluarganya.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Diskriminasi diklaim masih kerap dirasakan para mantan narapidana terorisme (napiter) dan keluarganya.
Bahkan seorang praktisi hukum, Awod mengungkapkan diskriminasi dilakukan termasuk oleh lembaga negara.
Hal ini terlihat saat mereka bepergian menggunakan transportasi umum. Seorang eks napiter harus mengalah tak bisa naik jika pejabat menaiki bus.
“Pemerintah pun untuk totalitas masih belum. Masih ada pembatasan. Misalnya di A ingin bepergian bus eksekutif. Di saat bersamaan ada pejabat si eks-napiter dikalahkan. Apalagi naik pesawat dikalahkan,” jelasnya.
Ia pun tak memungkiri sudah banyak upaya dilakukan untuk menghapus diskriminasi ini. Namun upaya ini belum dilakukan menyeluruh.
“Ini nggak baik juga. Ini harus dibenahi. Ini memunculkan justru ada percik-percik kurang baik. Pemerintah harus terintegrasi tapi faktanya masih belum,” tuturnya.
Selain mantan napiter, keluarganya juga ikut kena imbas dari stigma yang terbentuk di masyarakat.
Ia sendiri pernah mengadvokasi keluarga napiter yang terlibat kelompok Mujahidin Timur.
Baca juga: Sesal Eks Napiter di Solo, Imbas Stigma Teroris Melekat, Tak Bisa Dampingi Tumbuh Kembang Sang Anak
“Ada orang Solo yang terlibat menjadi buronan lama. Meninggalkan Solo lama. Beristri memiliki anak 5. Ketika terlibat mau nggak mau pulang Solo karena keluarganya di Solo. Terlibat jaringan kelompok Mujahidin Timur. Sekarang sudah divonis dan menjalani seumur hidup,” jelasnya.
Tidak mudah menjalani hidup sebagai keluarga napiter.
Tak jarang mereka dikucilkan, bahkan anak-anak mereka sulit mendapatkan hak pendidikan yang layak. Ia pun berusaha mengatasi masalah ini.
“Istri kembali ke Solo dengan anak 5. Kita komunikasikan dengan masyarakat. Alhamdulillah penerimaan baik. Kita urusi dari nol termasuk keadministrasian anak-anak, KTP, KK, Akta kita benahi semua,” tuturnya.
Baca juga: Sejarah Panjang Kota Solo, Jadi Pusat Pergerakan Islam Hingga Terstigma Sarang Teroris
Ia bersyukur bisa membantu keluarga mantan napiter agar bisa kembali diterima di masyarakat.
Saat ini napiter tersebut meski mendekam di penjara bisa berkomunikasi dengan anak dan istrinya.
Eks Napiter Temukan Banyak Kejanggalan dari Penangkapan Kasus Bom Bunuh Diri di Mapolresta Solo |
![]() |
---|
Kisah Eks Terpidana Teroris di Solo Jateng Dapat Pencerahan Saat Lihat Kebengisan Sesama Tahanan |
![]() |
---|
Pendampingan Hukum Disebut Tak Memadai Bagi Terduga Teroris, Stigma Buat Jauh dari Rasa Keadilan |
![]() |
---|
Pakar Minta Waspadai Penegakan Hukum Problematis soal Terduga Teroris, Bisa Timbulkan Bibit Baru |
![]() |
---|
Soroti Penangkapan Terduga Teroris Era Kini, Praktisi Hukum : Kontraproduktif dengan Deradikalisasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.