Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Stigma Solo sebagai Sarang Teroris

Ragam Sumber Diskriminasi yang Dialami Eks Napiter Hingga Terduga Teroris, Ada Lembaga Negara

Diskriminasi diklaim masih kerap dirasakan para mantan narapidana terorisme (napiter) dan keluarganya.

TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Ilustrasi Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror yang mengamankan lokasi rumah terduga teroris. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Diskriminasi diklaim masih kerap dirasakan para mantan narapidana terorisme (napiter) dan keluarganya.

Bahkan seorang praktisi hukum, Awod mengungkapkan diskriminasi dilakukan termasuk oleh lembaga negara.

Hal ini terlihat saat mereka bepergian menggunakan transportasi umum. Seorang eks napiter harus mengalah tak bisa naik jika pejabat menaiki bus.

“Pemerintah pun untuk totalitas masih belum. Masih ada pembatasan. Misalnya di A ingin bepergian bus eksekutif. Di saat bersamaan ada pejabat si eks-napiter dikalahkan. Apalagi naik pesawat dikalahkan,” jelasnya.

Ia pun tak memungkiri sudah banyak upaya dilakukan untuk menghapus diskriminasi ini. Namun upaya ini belum dilakukan menyeluruh.

“Ini nggak baik juga. Ini harus dibenahi. Ini memunculkan justru ada percik-percik kurang baik. Pemerintah harus terintegrasi tapi faktanya masih belum,” tuturnya.

Selain mantan napiter, keluarganya juga ikut kena imbas dari stigma yang terbentuk di masyarakat.

Ia sendiri pernah mengadvokasi keluarga napiter yang terlibat kelompok Mujahidin Timur.

Baca juga: Sesal Eks Napiter di Solo, Imbas Stigma Teroris Melekat, Tak Bisa Dampingi Tumbuh Kembang Sang Anak

“Ada orang Solo yang terlibat menjadi buronan lama. Meninggalkan Solo lama. Beristri memiliki anak 5. Ketika terlibat mau nggak mau pulang Solo karena keluarganya di Solo. Terlibat jaringan kelompok Mujahidin Timur. Sekarang sudah divonis dan menjalani seumur hidup,” jelasnya.

Tidak mudah menjalani hidup sebagai keluarga napiter.

Tak jarang mereka dikucilkan, bahkan anak-anak mereka sulit mendapatkan hak pendidikan yang layak. Ia pun berusaha mengatasi masalah ini.

“Istri kembali ke Solo dengan anak 5. Kita komunikasikan dengan masyarakat. Alhamdulillah penerimaan baik. Kita urusi dari nol termasuk keadministrasian anak-anak, KTP, KK, Akta kita benahi semua,” tuturnya.

Baca juga: Sejarah Panjang Kota Solo, Jadi Pusat Pergerakan Islam Hingga Terstigma Sarang Teroris

Ia bersyukur bisa membantu keluarga mantan napiter agar bisa kembali diterima di masyarakat.

Saat ini napiter tersebut meski mendekam di penjara bisa berkomunikasi dengan anak dan istrinya.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved