TOPIK
Stigma Solo sebagai Sarang Teroris
-
Seorang mantan narapidana teroris Hasan Al-Rosyid menemukan banyak kejanggalan dari peristiwa bom bunuh diri di Mapolresta Solo 5 Juli 2016 silam.
-
Seorang mantan narapidana teroris Hasan Al-Rosyid harus meringkuk di penjara 3 tahun lamanya. Saat itulah dirinya tersadar telah hidup keliru.
-
Diskriminasi diklaim masih kerap dirasakan para mantan narapidana terorisme (napiter) dan keluarganya.
-
Pendampingan hukum dirasa tak memadai untuk para terduga teroris. Hal inilah yang membuat mereka jauh dari rasa keadilan.
-
Penegakan hukum yang problematis yang menimbulkan rasa ketidakadilan bagi keluarga eks napiter ditakutkan bisa menjadi bibit ideologi terorisme.
-
Seorang praktisi hukum, Awod menilai penangkapan terduga teroris era ini jauh dari rasa keadilan karena menyisakan banyak tanda tanya.
-
Diskriminasi diklaim masih kerap dirasakan para mantan narapidana terorisme (napiter) dan keluarganya.
-
Eks napiter di Solo ini menyesali di masa anaknya paling membutuhkan ia justru tidak hadir untuk mengawal tumbuh kembangnya.
-
Mencari pekerjaan ke orang lain menjadi hal yang sulit bagi eks napiter. Bukan karena tak kompeten, tapi karena stigma yang terlanjur melekat.
-
Tanpa pernah terlibat aksi teror, Muhammad Jundullah Islam Ash-Shiddiq divonis 3 tahun penjara meninggalkan anaknya yang berkebutuhan khusus.
-
Sebagai sebuah kota dengan basis pergerakan islam mengakar kuat, beragam ideologi bertumbuh di Solo.
-
Kota Solo ternyata memiliki sejarah panjang. Tak hanya menjadi pusat pergerakan Islam, tapi melekat pula stigma bahwa kota itu menjadi sarang teroris