Stigma Solo sebagai Sarang Teroris
Ragam Sumber Diskriminasi yang Dialami Eks Napiter Hingga Terduga Teroris, Ada Lembaga Negara
Diskriminasi diklaim masih kerap dirasakan para mantan narapidana terorisme (napiter) dan keluarganya.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Ilustrasi Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror yang mengamankan lokasi rumah terduga teroris.
“Alhamdulillah bisa diterima walaupun masyarakat tidak semua bisa terima. Suaminya masih dipenjara tapi komunikasi intens. Anak-anak sekolah,” jelasnya.
Namun, tantangan yang dihadapi mantan napiter tidak hanya mengenai penerimaan masyarakat.
Mereka kerap kesulitan mendapatkan pekerjaan karena stigma yang terlanjur melekat.
“Problem muncul sudah diterima. Tidak sederhana eks napiter mau kerja apa. Kita mulai apa yang kira-kira bisa mereka lakukan. Kalau mau berdagang kita komunikasikan. Kalau maunya bekerja kita komunikasikan. Alhamdulillah ada yang bekerja jadi satpam,” tuturnya.
Halaman 2 dari 2
Berita Terkait: #Stigma Solo sebagai Sarang Teroris
Eks Napiter Temukan Banyak Kejanggalan dari Penangkapan Kasus Bom Bunuh Diri di Mapolresta Solo |
![]() |
---|
Kisah Eks Terpidana Teroris di Solo Jateng Dapat Pencerahan Saat Lihat Kebengisan Sesama Tahanan |
![]() |
---|
Pendampingan Hukum Disebut Tak Memadai Bagi Terduga Teroris, Stigma Buat Jauh dari Rasa Keadilan |
![]() |
---|
Pakar Minta Waspadai Penegakan Hukum Problematis soal Terduga Teroris, Bisa Timbulkan Bibit Baru |
![]() |
---|
Soroti Penangkapan Terduga Teroris Era Kini, Praktisi Hukum : Kontraproduktif dengan Deradikalisasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.