Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Makam Butuh Sragen

Wisata Religi Makam Butuh Sragen: Kini Ramai Wisatawan, Teladani Kisah Keberanian Raden Joko Tingkir

Kebanyakan wisatawan yang datang untuk berziarah ke Makam Butuh, berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah.

|
TRIBUNSOLO.COM/Septiana Ayu
Makam Butuh di Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen 

Dimana, salah satu perwakilan dari rombongan peziarah diminta untuk mengisi buku tamu, lalu kemudian membayar biaya administrasi mulai dari Rp 10.000 untuk pengguna motor, dan yang datang menggunakan bus, membayar Rp 50.000 per bus.

Baca juga: 5 Kuliner Khas Sragen Jateng untuk Dijadikan Oleh-oleh : Ada yang Legendaris dan Eksis Sejak 1960an

Diluar gedung Makam Raden Joko Tingkir terdapat makam-makam dengan nisan berwarna putih berukuran besar, yang merupakan makam kerabat Raden Joko Tingkir.

Diluar kompleks gedung Makam Raden Joko Tingkir, terdapat makam-makam kecil lainnya, yang diketahui merupakan makam pengikut Raden Joko Tingkir.

Saat masuk ke dalam gedung Makam Raden Joko Tingkir, terdapat total 9 makam.

Makam Raden Joko Tingkir berada di tengah, dengan dikelilingi kain putih, dan sudah terlihat dari luar pintu masuk.

Tepat di samping Makam Raden Joko Tingkir juga terdapat makam Kanjeng Pangeran Benowo.

Kemudian, di sebelah utara Makam Raden Joko Tingkir bersemayam Ki Ageng Kebo Kenongo/Ki Ageng Butuh dan Nyi Ageng Kebo Kenongo yang merupakan orang tua Raden Joko Tingkir.

Di samping makam orang tua Raden Joko Tingkir, terdapat makam Kanjeng Pangeran Tedjowulan.

Lalu, terdapat empat makam lainnya di sebelah utara, yakni makam Kanjeng Pangeran Monco Negoro, Kanjeng Tumenggung Wilomarto, Kanjeng Tumenggung Wuragil, dan KRt Kadilangu.

Diluar gedung Makam Raden Joko Tingkir, terdapat sebuah kotak kaca berisi sebongkah kayu, yang diketahui merupakan sisa kayu getek yang digunakan Raden Joko Tingkir saat melakukan perjalanan dengan menyusuri Sungai Bengawan Solo.

Juru Kunci Makam Butuh, Muhammad Aziz mengatakan nama Makam Butuh sendiri diambil dari nama Ki Ageng Butuh.

"Disinilah beliau menamakan diri Ki Ageng Butuh, sampai wafatnya dikuburkan di lingkup, disini dulu kisahnya rumahnya, dimakamkan di dalam rumahnya," kata Aziz.

Baca juga: Trah Untung Tumbang di Pilkada Sragen: Sigit-Suroto Raup 330.830 Suara, Bowo-Suwardi 252.643 Suara

"Kalau sosoknya tidak tahu, kalau singkatnya Adipati Pengging, selama menggantikan orang tuanya, yaitu KA Handayaningrat, makamnya di Pengging sana, beliau mungkin dulunya adalah strategi perang di zaman Majapahit, Mbah Prabu Brawijaya," sambungnya.

Ia menambahkan Makam Butuh kemudian dipugar Pakubuwaan X sekitar tahun 1930.

Makam dipugar dengan batu nisan ditinggikan, karena saat itu, kompleks makam Butuh masih sering tergenang banjir.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved