Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Makam Butuh Sragen

Makam Butuh/Joko Tingkir di Sragen Kian Populer Dikunjungi Peziarah, Ini Lho Tujuan Ziarah Makam

Setiap hari banyak peziarah yang datang untuk memberikan doa kepada Pendiri Kerajaan Islam Pertama di Indonesia tersebut.

Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
TRIBUNSOLO.COM/Septiana Ayu
Makam Butuh di Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen 

TRIBUNSOLO.COM - Makam Sultan Hadiwijaya yang lebih dikenal dengan nama Joko Tingkir, di Dusun Butuh, Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, kini kian populer.

Setiap hari banyak peziarah yang datang untuk memberikan doa kepada Pendiri Kerajaan Islam Pertama di Indonesia tersebut.

Para peziarah datang dari berbagai daerah yakni Jawa Tengah, Jawa Timur bahkan Jawa Barat dan Banten.

Makam Butuh ini biasanya ramai dikunjungi di hari Minggu karena bisa mencapai 1000 peziarah.

Peziarah akan lebih banyak di bulan Syuro atau Muharam bertepatan dengan haul.

Lantas apa sih tujuan dari ziarah makam tersebut?

Baca juga: Wisata Religi Makam Butuh Sragen: Kini Ramai Wisatawan, Teladani Kisah Keberanian Raden Joko Tingkir

Menurut artikel yang ditayangkan Tribun Jateng yang ditulis Hafidh Syirojudin, kata ziarah adalah serapan dari bahasa Arab, artinya berkunjung, mendatangi, wisata. 

Dalam terminologi Jawa Indonesia, ziarah bermakna berkunjung ke makam leluhur, pahlawan, wali, ulama dan tokoh-tokoh agama.

Sebuah budaya keagamaan yang baik, sebagai 'tazkiratul maut' bahwa setiap manusia akhirnya akan menemui ajal.

Ziarah makam juga sebagai pengingat selama kita hidup agar sebanyak mungkin beramal shalih, bermanfaat untuk sesama, umat, bangsa dan negara.

'Khairun-nas anfa'uhum lin-nas', sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi sesama.

Meski ziarah kubur tidak lazim di kalangan warga Muhammadiyah, tetapi penulis tidak menemukan satu qaidah fiqyah-pun yang mengharamkan ziarah kubur dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) maupun fatwa Majlis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Baca juga: Kisah Mitos dan Sejarah Makam Butuh Sragen, Warga Tak Berani Gelar Pertunjukan Wayang dan Klenengan

Berbeda dengan warga NU yang menjadikan kegiatan ziarah sebagai amal shalih budaya keagamaan yang baik, ibadah ghairu mahdhah.

Perbedaan pendapat di kalangan umat adalah rahmat.

Selama kita mampu menempatkan pada porsinya, mana yang menjadi bagian syariat Allah, mana yang menjadi wilayah fikih dan mana yang berada dalam tradisi keagamaan (budaya/peradaban). 

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved