Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kuliner Sragen

5 Rekomendasi Kuliner Legendaris di Sragen, Ada Sate Kambing hingga Soto yang Sudah Puluhan Tahun

Makanan yang mampu terus bertahan hingga bertahun-tahun tentunya memiliki keunggulan tersendiri.

TRIBUNSOLO.COM/Septiana Ayu
Satu porsi sate kambing Sadono yang sudah ada sejak tahun 1998 

Sugimo menceritakan awalnya ia hanya membuka warung tenda di pinggir jalan, dan hanya mengandalkan satu meja saja. 

Namun, semakin kesini, soto buatannya semakin diminati oleh pelanggan hingga sekarang.

Menurutnya, ketika hari Jumat hingga Minggu, warung sotonya selalu penuh dengan pembeli. 

Dalam sehari, ratusan porsi terjual habis, dan menghabiskan daging sapi sekitar 10-15 kilogram. 

Warung soto daging sapi S.Gimo buka setiap hari, mulai pukul 06.00 hingga pukul 15.00 WIB, kemudian istirahat sebentar, dan kembali buka hingga pukul 20.00 WIB.

2. Soto Girin, Legenda Kuliner Sragen Sejak 1953 : Pemilik Bangga, Sheila on 7 Sering Mampir

Soto Girin yang berada di Jalan Brigjen Katamso No 8, Kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan/Kabupaten Sragen.

Warung Soto tersebut sudah berdiri selama 68 tahun lamanya, sejak tahun 1953.

Disajikan di mangkuk kecil, satu porsi soto Girin terdiri dari nasi, kecambah, daun seledri, irisan daging sapi yang lembut, bawang goreng, serta kuahnya yang khas. 

Tampilan kuah soto cenderung keruh, karena kaya akan rempah. 

Yang menambah istimewa, Soto Girin dimasak di dalam kuali yang terbuat dari tanah liat, dengan perapian dari kayu dan arang. 

Selain itu, juga disediakan aneka macam goreng, babat, paru, dan kerupuk. 

Soto Girin yang ada di Jalan Brigjen Katamso Sragen dipenuhi pemudik saat libur lebaran tiba, Rabu (4/5/2022).
Soto Girin yang ada di Jalan Brigjen Katamso Sragen dipenuhi pemudik saat libur lebaran tiba, Rabu (4/5/2022). (TribunSolo.com/Septiana Ayu)

Pemilik Soto, Girin (64) mengatakan, usaha kuliner yang dijalankan turun temurun tersebut, pertama kali didirikan oleh sang ayah. 

"Soto Girin sudah ada sejak tahun 1953, sekarang saya yang melanjutkan, yang mendirikan bapak saya," kata perempuan ini kepada TribunSolo.com, Rabu (2/6/2021). 

Tetap mempertahankan cita rasa, yang membuat soto girin bisa bertahan hingga 68 tahun lamanya. 

"Rasa tetap, disini yang terpenting menjaga rasanya, jadi kualitas terjamin," tambahnya. 

Selain mempertahankan cita rasa, bangunan tempat makannya pun tidak diubah sama sekali sejak pertama kali didirikan. 

"Bangunannya ya sama seperti dulu, tidak ada perbedaan, kan itu juga rumah bapak saya yang dulu, suasananya masih sama," paparnya. 

Nuansa kehidupan jaman dulu kental terasa, dengan ditambah alunan radio yang memutarkan tembang-tembang Jawa. 

Tak heran, banyak perantau yang sedang pulang ke Sragen, tak lengkap rasanya, jika tidak mengisi perutnya dengan semangkuk Soto Girin. 

Bahkan, mulai dari pejabat hingga artis ibu kota ketagihan untuk menikmati Soto Girin ini. 

"Penggemar soto sekarang banyak, ada Didi Kempot, Dalang Mantep, Dalang Anom, Yati Pesek, sampai band Sheila on 7 sering kesini, pejabat dari Menteri Kehutanan, Wakil Gubernur, Bupati Ngawi, hingga DPRD Surabaya itu sering mampir," jelasnya. 

Tidak tanggung-tanggung, kini Soto Girin telah membuka 9 cabang di Kabupaten Sragen. 

"Sekarang sudah ada 9 cabang, di jalan Brigjen Katamso, Pilangsari, pasar, di Margoasri, dan masih banyak, semua dikelola anak cucu dari Bapak saya," pungkasnya.

3. Nasi Trancam Mbah Pine Sudah 30 Tahun lebih Berjualan, Menu Sehat Hanya Rp 5.000 per Porsi

Trancam Mbah Pine begitu melegenda, karena sudah buka sejak tahun 1993 atau eksis selama 30 tahun.

Makanan khas Jawa Tengah ini diburu sebagai lauk menyehatkan, karena bahan bakunya merupakan campuran sayuran segar. 

Satu porsi trancam ala Mbah Pine terdiri dari daun kenikir, daun kemangi, mentimun, kacang panjang, taoge, dan petai cina. 

Kemudian, bisa disajikan dengan nasi, dan ditambah bumbu trancam yang khas.

Satu porsi nasi trancam ala Lesehan Mbah Line di belakang Poltas Sragen.
Satu porsi nasi trancam ala Lesehan Mbah Line di belakang Poltas Sragen. (Tribun Solo / Septi)

Disantap dengan sepiring nasi, dijamin rasanya tidak mengecewakan dan pas.

Pemilik lesehan, Mbah Pine Wiyatno mengatakan sebenarnya usaha kulinernya itu dibuka sejak tahun 1991.

Dimana awalnya, ia masih berjualan di emperan toko besi, dengan beratapkan tenda.

Baru tahun 1993, warungnya dipindah ke tempat yang sekarang, yang berlokasi di belakang Poltas Sragen atau beralamat di Jalan Ahmad Yani, Kampung Kutorejo, Kelurahan Sragen Wetan. 

Dulu, warung lesehannya itu paling dicari warga dan laris manis.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved