Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

WAWANCARA EKSKLUSIF

Terpukau Senior Bayar Biaya RS Orang Tak Dikenal di Solo, Sumartono Mantap Terjun ke Dunia Sosial

Dalam podcast bersama TribunSolo yang tayang 1 Februari 2025, ia mengaku mulai terjun aktif berorganisasi sejak masih di bangku SMA. 

Laporan Wartawan TribunSolo, Erlangga Bima

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Sumartono Hadinoto merupakan Ketua Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS). Bukan hanya aktif di PMS saja, ternyata pria keturunan Tionghoa itu bergabung dan aktif di banyak organisasi sosial kemasyarakatan.

Dalam podcast bersama TribunSolo yang tayang 1 Februari 2025, ia mengaku mulai berorganisasi sejak masih di bangku SMA. 

Saat itu ia bergabung di Organisasi Amatir Radio Indonesia atau ORARI.

"Disitulah saya banyak belajar kehidupan. Banyak teman karena anggota ORARI lokal Surakarta ini 1.500 yang terdiri dari para pengusaha, para dokter, teman-teman medis, terus teman-teman yang hobi ke amatir radio. Disitulah jaringan saya jadi luar biasa kemudian beberapa tahun kemudian saya mulai gabung di beberapa organisasi sosial yang lain," ujarnya.

SUMARTONO HADINOTO. Ketua Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) Sumartono Hadinoto saat podcast di kantor TribunSolo.com, Klodran, Karanganyar, Senin (27/1/2025) lalu. Sumartono menjadi salah satu korban kerusuhan Mei 1998 silam. Rumahnya dilempari batu oleh massa.
SUMARTONO HADINOTO. Ketua Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) Sumartono Hadinoto saat podcast di kantor TribunSolo.com, Klodran, Karanganyar, Senin (27/1/2025) lalu. Sumartono terjun ke dunia sosial kemasyarakatan sejak masih SMA. (TribunSolo.com)

Ia bergabung ke organisasi lain seperti Lions Club Solo, Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) dan beberapa lainnya.

Di dalam organisasi itu, ia banyak menimba ilmu dari para senior di organisasi.

Hingga saat ini, lebih dari 10 organisasi sosial kemasyarakatan yang diikuti olehnya. Ia mengaku mendapat banyak pelajaran dan pengalaman di dalam organisasi itu.

"Bagaimana melayani orang dengan selalu tetap rendah hati karena semakin kita banyak melakukan sesuatu, pasti semakin banyak salah. Pasti banyak dimarahi," kata dia.

Ia masih ingat betul satu pengalaman ketika membantu orang kecelakaan di wilayah Purwosari puluhan tahun lalu.

Saat itu ia yang masih duduk di bangku SMA menjadi driver ambulans sosial milik ORARI.

Baca juga: Cerita Ketua PMS Sumartono Hadinoto, Pernah Jadi Korban Kerusuhan 1998 di Solo, Rumah Dilempari Batu

Waktu itu, sekitar pukul 03.00 dinihari mendapat kabar adanya orang yang mengalami kecelakaan.

Usai sampai di lokasi, ia kemudian membawa korban kecelakaan ke RS Moewardi.

"Sampai disana saya bingung, saya ditanya oleh perawat yang di unit gawat darurat ini siapa yang tanggung jawab (ke korban) karena harus transfusi darah. Saya bingung karena saya masih SMA, berangkat juga enggak bawa uang. Eh tahu-tahu di belakang saya saya masih sangat ingat ada salah satu teman ORARI almarhum Pak Sumo Widayat, dia bilang saya yang bayar," paparnya.

Dari kejadian itu, ia semakin mantap hati untuk bergabung ke sejumlah organisasi, termasuk PMI.

Tanpa pikir panjang, ia menerima ajakan rekannya untuk bergabung ke PMI.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved