Sejarah Kota Solo

Jadi Tujuan Wisata Kuliner, Ini Sejarah Pasar Gede Solo yang Diresmikan Sejak 1930 oleh Pakubuwono X

Kawasan Pasar Gede Solo pun makin ramai karena ada banyak warung yang berjualan makanan yang menggugah selera.

Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin
PASAR GEDE SOLO - Suasana di Pasar Gede. Banyak wisatawan yang mengunjungi pasar itu saat momen libur Tahun Baru 2023. 

TRIBUNSOLO.COM - Salah satu destinasi wisata kuliner di Kota Solo adalah Pasar Gede.

Di pasar tradisional ini, menyediakan berbagai banyak pilihan kuliner terkenal seperti dawet, tahok, cabuk rambak, lenjongan dan masih banyak lagi.

Kawasan Pasar Gede Solo pun makin ramai karena ada banyak warung yang berjualan makanan yang menggugah selera.

Yuk simak sejarah berdirianya Pasar Gede Solo yang merupakan salah satu ikon Kota Solo sekaligus tempat jual beli tertua di Surakarta.

Baca juga: Apa itu Tugu Pamandengan, Bangunan Bersejarah di Solo yang Sudah Hampir Terlupakan

Pasar Gede Hardjonagoro atau Pasar Gede merupakan pasar tradisional tertua di Kota Solo yang dibangun pada tahun 1927. 

Pembangunan Pasar Gede dilakukan pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwono X, raja Kasunanan Surakarta yang memerintah antara 1893-1939. 

Pembangunan Pasar Gede dilakukan oleh seorang arsitek asal Belanda, Ir. Herman Thomas Karsten yang berhasil menciptakan kombinasi gaya arsitektur kolonial yang beradaptasi dengan arsitektur Jawa.

Setelah selesai dibangun, Pasar Gede diresmikan pada 12 Januari 1930 oleh Pakubuwono X.

Pasar tradisional ini diberi nama Pasar Gede karena bangunannya menyerupai benteng dengan pintu masuk seperti istana yang beratap besar dan megah.

Sementara “Hardjonagoro” diambil dari nama KRT Hardjonagoro, seorang keturunan Tionghoa yang mendapat gelar dari Keraton Surakarta.

Pasar Gede memiliki luas 6.623 meter persegi dengan dua bangunan pasar berlantai dua yang terletak berseberangan dan dipisahkan oleh Jalan Sudirman.

Baca juga: 5 Rekomendasi Kuliner Enak dan Murah Dekat Solo Safari, Ada Ayam Tulang Lunak Hingga Selat

Sedangkan bangunan di seberangnya menjual berbagai jenis buah-buahan, serta kini juga menjadi sentra kuliner kekinian.

Jika melihat dari sisi historis, Pasar Gede masih bertahan dengan melewati tiga masa yaitu, masa kerajaan, masa postkolonial, dan masa kemerdekaan. 

Sejak berdiri hingga saat ini, Pasar Gede menjadi tempat transaksi perdagangan antara masyarakat pribumi, Tionghoa, dan Belanda. 

Pasar Gede Hardjonagoro juga menjadi simbol harmoni kehidupan sosial budaya yang berkembang di tengah masyarakat Kota Solo.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved