Fenomena OM Lorenza
Fenomena OM Lorenza, Jadi Awal Kebangkitan Kembali Dangdut Jadul Era Irama Melayu?
Di seantero Solo Raya, orkes asal Sukoharjo ini menjadi buah bibir dan terus mendulang banyak penggemar.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Putradi Pamungkas
“Lagu-lagu jadul dulu pernah booming. Banyak orang tahu usia 40 ke sana. Kita ambil lagunya Elvy waktu masih muda, Rhoma masih muda, Ida Laila. Misalnya yang viral Tambal Ban, Kribo, Hangat, Luntang-Lantung, banyak sekali. Yang sudah menjadi koleksi Lorenza sudah ratusan,” jelasnya.
Orkes yang mengusung lagu dangdut irama melayu era 70-an ini menjadi alternatif bagi yang tak suka berjoget dengan banyak hentakan dan ritme yang serba menguras tenaga.
“Kalau dangdut jadul geraknya cuma tangan kepala lebih santai. Gerak nyaman nggak keras. Dangdut jadul berhimpitan tapi seolah-olah nggak ada senggolan. Kalau koplo ada hentakan,” ungkap Murjiyanto.
Bagi para penikmat yang sempat menikmati era itu, kehadiran OM Lorenza mengingatkan kembali kenangan masa lalu sekaligus menunjukkan bagaimana musik dangdut berevolusi sedemikian jauh.
“Didengerin betul-betul enak rasanya sampai di hati. Kalau musik jadul original. Kadang orang lupa jaman dulunya kadang teringat. Kalau koplo variasi alat musiknya banyak sekali. Supaya gayeng biar ramai,” tutur Murjiyanto.

Di tahun-tahun itu, bahkan belum ada sebutan musik dangdut.
Musik ini lebih dikenal dengan sebutan musik melayu.
Hingga kini bahkan setiap kelompok musik dangdut masih disebut dengan Orkes Melayu (OM) meski tak banyak yang tahu kepanjangan dari singkatan ini.
“Sebenarnya dalam labelnya orkes melayu. Tapi orang menyebutnya dangdut Lorenza,” terangnya.
Baca juga: Profil Via Vallen, Penyanyi Dangdut Asal Jawa Timur, Berangkat dari Panggung Daerah
OM Lorenza menunjukkan totalitasnya dalam menyuguhkan dangdut era 70-an. Salah satu yang khas membran kendang yang terbuat dari bahan fiber.
Berbeda dengan kendang koplo yang umumnya dari kulit.
Ditambah petikan mandolin dan suling bambu maka lengkaplah sound dangdut irama melayu.
“Kalau koplo cenderung keras. Aslinya jaipong yang mempopulerkan Jawa Timur. Kendangnya jaipong. Kalau kendang jadul itu kendang dari mika. Kalau kendang sekarang dari kulit. Hasil suaranya lain. Ingatan-ingatan orang muncul lagi,” ungkapnya.
Tak hanya generasi 70-an yang ingin bernostalgia, ternyata anak muda banyak yang menggandrungi musik ini.
Buat mereka, ini justru pengalaman baru.
Menambah wawasan bahwa spektrum musik dangdut tak sebatas dangdut koplo.
“Kami perform di Klaten audiens-nya banyak SMP SMA. Ternyata asyik katanya musiknya enak. Setiap perform hampir 50:50 orang tua dan anak-anak. Bahkan pakai kostum jadul pede,” jelasnya.
(*)
OM Lorenza di Tengah Pasar Dangdut yang Dinamis, Pengamat : Harus Ada Gimmick Baru |
![]() |
---|
OM Lorenza Jadi Penyegar untuk Pasar yang Jenuh dengan Dangdut Koplo |
![]() |
---|
Tren Jadul OM Lorenza Bawa Berkah, Pedagang Busana Vintage Sanggup Raup Untung hingga Rp 1,5 Juta |
![]() |
---|
Loyalitas dan Totalitas Fans OM Lorenza, Kostum Jahit Sendiri, Berangkat Nonton Naik Sepur Kelinci |
![]() |
---|
Penonton OM Lorenza Selalu Kompak Bercelana Cutbray dan Kerah Lebar, Ini Alasannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.