Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Boyolali

Asal-usul Nama Desa Simo di Boyolali, Dipercaya Berasal dari Suara Ribuan Harimau Mengaum

Terdapat dua versi cerita yang berkembang di masyarakat mengenai asal-usul nama Simo yang patut diketahui.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Tribunsolo.com/Tri Widodo
IKON DESA SIMO - Penampakan Simpang Simo pada Minggu (6/8/2023) dini hari. Beginilah asal-usul nama Desa Simo di Boyolali, Jawa Tengah. 

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Desa Simo adalah sebuah desa sekaligus kecamatan yang terletak di wilayah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Kecamatan ini berada di timur laut dari pusat pemerintahan Kabupaten Boyolali, serta berada di barat daya Bandara Internasional Adi Soemarmo Boyolali.

Dulu, daerah yang kini dikenal sebagai Desa Simo ini merupakan bagian dari kawasan hutan Walen yang lebat dengan pepohonan, terletak di kaki Pegunungan Kendeng.

Baca juga: Asal-usul Mojosongo yang Kini jadi Nama Kelurahan di Solo, Dulu Daerah Terpinggirkan

Namun, seiring berjalannya waktu, kawasan tersebut berubah nama menjadi Desa Simo dan menjadi kecamatan yang berkembang pesat.

Asal Mula Nama “Simo” dalam Legenda

Terdapat dua versi cerita yang berkembang di masyarakat mengenai asal-usul nama Simo yang patut diketahui.

Kedua versi ini menyuguhkan kisah menarik yang mengaitkan desa ini dengan sejarah panjang dan tokoh-tokoh besar dalam sejarah kerajaan di Jawa.

1. Versi dari Serat Babad Mataram

Salah satu versi yang paling terkenal mengenai asal mula nama Simo berasal dari cerita yang termuat dalam Serat Babad Mataram.

Dalam kisah ini, dikisahkan bahwa pada masa Kesultanan Demak yang dipimpin oleh Sultan Trenggana (1521–1546), terdapat sebuah peristiwa penting yang melibatkan Ki Ageng Kebo Kenanga, ayah dari Mas Karebet atau yang lebih dikenal dengan nama Jaka Tingkir, pendiri Kesultanan Pajang.

Baca juga: Asal-usul Nama Gemolong yang Kini Jadi Kecamatan di Sragen, Dulu Disatukan oleh Belanda

Ki Ageng Kebo Kenanga menentang Sultan Trenggana, dan untuk menghukum tindakan Ki Ageng Kebo Kenanga, Sultan Trenggana memerintahkan Sunan Kudus untuk datang ke Pengging dengan membawa sebuah pusaka berupa bende (canang) bernama Kyai Bicak.

Saat rombongan Sunan Kudus menuju Pengging, warga setempat yang mengetahui kedatangan mereka berencana untuk menyerang.

Ketika rombongan Sunan Kudus melewati hutan dekat Pengging yang dikenal dengan nama Hutan Walen, ia mengetahui bahwa serangan sudah dekat.

Untuk menghindari bahaya, Sunan Kudus kemudian memukul Kyai Bicak, dan suara gemuruh dari pukulan tersebut menggema di seluruh hutan.

Baca juga: Asal-usul Bukit Mongkrang Karanganyar, Viral karena Pendaki Rekam Satwa Langka Dilindungi

Menurut warga Pengging, suara gemuruh tersebut terdengar seperti suara ribuan harimau yang sedang mengaum.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved