Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Sragen

Asal-usul Nama Gemolong yang Kini Jadi Kecamatan di Sragen, Dulu Disatukan oleh Belanda

Kecamatan Gemolong terletak di sebelah barat ibu kota kabupaten Sragen dengan jarak kurang lebih 25 km dari kabupaten Sragen.

|
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TribunSolo.com / Septiana Ayu Lestari
WISATA GEMOLONG - Suasana Vila Glamping Kun Gerit, di Desa Jatibatur, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Sabtu (14/10/2023). Begini sejarah Gemolong yang kini jadi kecamatan di Sragen, Jawa Tengah. 

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Gemolong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Indonesia.

Kecamatan Gemolong terletak di sebelah barat ibu kota kabupaten Sragen dengan jarak kurang lebih 25 km dari kabupaten Sragen.

 Kecamatan ini juga terletak kurang lebih 17 km dari kota Solo.

Baca juga: Serba-serbi Mudik Lebaran : Seorang Ibu dari Sragen Ketinggalan Bus, Terpaksa Menginap di Terminal

Gemolong berada di ketinggian 128 mdpl.

Luas wilayah kecamatan Gemolong adalah 4.023 Ha, 4.27 persen dari wilayah Kab. Sragen, terdiri dari 14 desa dengan jumlah penduduk pada akhir kuartal 1 2018 adalah 52.034 jiwa, yang terdiri dari pria sebanyak 25.990 jiwa dan wanita sebanyak 26.044 jiwa.

Kecamatan ini masuk dalam wilayah eks-Kawedanan Gemolong yang terdiri dari kecamatan Gemolong, Plupuh, Miri, Sumberlawang, Kalijambe dan Tanon.

Asal-usul Desa Gemolong

Desa Gemolong, yang terletak sekitar 20 km di sebelah utara Kota Solo, memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan reorganisasi agraria pada masa penjajahan Belanda.

Baca juga: Asal-usul Bukit Mongkrang Karanganyar, Viral karena Pendaki Rekam Satwa Langka Dilindungi

Nama Gemolong sendiri berasal dari kata "gumolong gilig," yang berarti sesuatu yang semula terpecah bergabung menjadi sebuah kesatuan.

Hal ini menggambarkan kondisi wilayah ini yang dulunya terdiri dari tanah-tanah apanage yang terpisah, lalu disatukan oleh pemerintah kolonial untuk kebutuhan pengelolaan perkebunan yang lebih efisien.

Sejarah Pembentukan Desa Gemolong

Asal-usul nama Gemolong berkaitan langsung dengan kebijakan reorganisasi agraria yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-20.

Wilayah ini, yang sebelumnya terdiri dari sekumpulan tanah apanage atau lungguh yang dimiliki oleh pejabat Kasunanan Surakarta, mengalami kesulitan dalam pengelolaan akibat terpisah-pisahnya lahan tersebut.

Untuk mengatasi masalah ini, Belanda mulai merancang sistem yang lebih terstruktur dengan menghapus sistem apanage dan membentuk desa atau kelurahan baru pada tahun 1918.

Proses penyatuan tanah lungguh menjadi satu kawasan perkebunan ini selesai pada tahun 1924 di wilayah Gemolong (ANRI, 1978: CCLXI).

Baca juga: Asal-usul Nama Desa Cemani di Sukoharjo : Berawal Rombongan Keraton Bertemu Ayam Hitam Pekat

Posisi Geografis dan Infrastruktur

Desa Gemolong memiliki posisi yang sangat strategis karena dilalui oleh beberapa jaringan jalan penting yang menghubungkan berbagai kota besar di Jawa Tengah.

Jalan raya utama yang menghubungkan Semarang dan Surakarta melalui Grobogan serta jalan lain yang menghubungkan Semarang, Salatiga, dan Sragen melintasi desa ini, memberikan kemudahan akses ke berbagai daerah. 

Salah satu jalur jalan tersebut bahkan merupakan bagian dari Jalan Raya Pos (Groote Postweg) yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Daendels pada awal abad ke-19. Jalur ini dulunya menghubungkan pesisir utara Jawa dari Anyer ke Panarukan dan menjadi tulang punggung transportasi kolonial (Suryo, 1989: 101).

Selain jalan raya, Desa Gemolong juga dilalui oleh jalur kereta api yang menghubungkan Semarang dan Surakarta. Pembangunan jalur kereta api ini dimulai pada tahun 1864 dan selesai pada tahun 1870, bertujuan untuk memperlancar arus pengangkutan hasil pertanian, terutama komoditas seperti gula, kopi, dan tembakau, dari pedalaman Surakarta menuju pelabuhan di Semarang untuk diekspor (Suryo, 1989: 108-113).

Baca juga: Asal Usul Berdirinya UNS Universitas Sebelas Maret di Solo, Kini Jadi Salah Satu Kampus Terbaik

Kontribusi Desa Gemolong dalam Sektor Pertanian

Desa Gemolong terletak di selatan Sungai Bengawan Solo yang dikenal dengan tanahnya yang subur, sehingga sangat cocok untuk pertanian.

Pada masa kolonial, wilayah ini dikenal sebagai daerah yang menghasilkan surplus bahan pangan. Tanaman utama yang dibudidayakan di Gemolong adalah padi sawah dan padi gogo.

Pada tahun 1925, luas lahan pertanian padi sawah di desa ini mencapai 12.078 bau, sedangkan padi gogo seluas 3.922 bau. Selain itu, tanaman lain yang banyak ditanam adalah singkong, jagung, ubi jalar, kacang tanah, dan kedelai (Departement van Landbouw, Nijverheid en Handel, 1929: 142).

Kekayaan hasil pertanian ini menjadikan Gemolong sebagai salah satu daerah penghasil beras utama yang dikirim ke berbagai kota besar seperti Semarang dan Yogyakarta.

Pengangkutan hasil pertanian dilakukan menggunakan gerobak yang ditarik kuda melalui jalur jalan raya yang menghubungkan Surakarta dengan Semarang dan Yogyakarta.

Selain itu, jalur kereta api yang melintas di Gemolong turut memperlancar distribusi hasil pertanian ini, dengan Stasiun Salem menjadi tempat pemberhentian utama bagi kereta pengangkut barang.

Pengaruh Pembangunan Infrastruktur terhadap Desa

Pembangunan jalur kereta api dari Semarang ke Surakarta pada akhir abad ke-19 membawa dampak besar bagi perkembangan ekonomi di wilayah Gemolong.

Selain mempermudah pengangkutan hasil pertanian, pembangunan kereta api ini juga membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar.

Banyak penduduk setempat, termasuk yang berasal dari Desa Gemolong, terlibat sebagai buruh dalam pembangunan jalur kereta api. Mereka bekerja mulai dari pembuatan pondasi, pemasangan bantalan rel, hingga pembuatan pagar untuk melindungi jalur kereta api dari gangguan ternak dan hewan lainnya (Suryo, 1989: 113-116).

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved