Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Lebaran 2025

Jadi Tradisi di Sukoharjo, Ini Dia Makna di Balik Lebaran Ketupat Sepekan Setelah Idul Fitri

Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui makna di balik perayaan Lebaran Ketupat yang jatuh 7 hari setelah Hari Raya Idul Fitri.

|

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Anang Ma'ruf

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Meski sudah menjadi tradisi turun-temurun di Jawa dan beberapa wilayah Indonesia lainnya, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui makna di balik perayaan Lebaran Ketupat yang jatuh 7 hari setelah Hari Raya Idul Fitri.

Salah satu pedagang slong-slongan ketupat di Pasar Ir. Soekarno, Sukoharjo, Siti (49), membagikan penjelasan mengenai arti penting di balik tradisi ini.

"Sebetulnya ketupat itu ada artinya. Kata ketupat atau kupat berasal dari 'Ngaku Lepat' yang artinya mengakui kesalahan," ujarnya kepada TribunSolo.com, Senin (7/4/2025).

LEBARAN KETUPAT : Memasuki sepekan setelah Hari Raya Idulfitri 2025, pedagang slong-slongan ketupat mulai memadati area Pasar Ir. Soekarno, Sukoharjo, pada Senin (7/4/2025). Slong-slongan ini nantinya akan digunakan masyarakat untuk membuat ketupat, makanan khas yang selalu hadir dalam tradisi Lebaran Ketupat.
LEBARAN KETUPAT : Memasuki sepekan setelah Hari Raya Idulfitri 2025, pedagang slong-slongan ketupat mulai memadati area Pasar Ir. Soekarno, Sukoharjo, pada Senin (7/4/2025). Slong-slongan ini nantinya akan digunakan masyarakat untuk membuat ketupat, makanan khas yang selalu hadir dalam tradisi Lebaran Ketupat. (TribunSolo.com/ Anang Ma'ruf)

Siti mengatakan masyarakat percaya ketupat bukan hanya sekedar makanan.

Tetapi simbol permintaan maaf dan bentuk kebersamaan antar warga. 

Tak heran, saat perayaan Lebaran Ketupat, banyak warga yang saling bertamu sambil membawa atau menyuguhkan ketupat.

"Jadi memang ketupat ini jadi bagian penting dalam budaya Lebaran. Apalagi di Jawa, selalu ada momen khusus untuk Lebaran Ketupat," lanjutnya.

Baca juga: Mangkunagara X Sapa Masyarakat di Momen Lebaran Ketupat di Solo, Warga Berkunjung Setelah Syawalan

Ketupat atau anyaman daun kelapa muda yang dikenal sebagai slong-slongan. 

Slong-slongan ini nantinya akan digunakan masyarakat untuk membuat ketupat, makanan khas yang selalu hadir dalam tradisi Lebaran Ketupat.

Siti menyebut penjualan Slong-slongan ketupat ini merupakan jualan musiman jelang lebaran hingga sepekan setelah lebaran.

"Sudah ramai H-1 lebaran sampai sekarang. Satu ikat isi 5 dengan harga Rp 10 ribu. Tetapi kalau sudah ada isian lontong satu ketupat dihargai Rp 4 sampai Rp 5 ribu," terangnya.

Ia menambahkan, setiap hari ia membuat kurang lebih 50 sampai 70 slong-slongan ketupat. 

(*)

 

 

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved