Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Sragen

Asal-usul Waduk Kedung Ombo, Konon Pembangunannya Tenggelamkan 37 Desa di Boyolali, Sragen, Grobogan

Waduk Kedung Ombo secara spesifik terletak di Desa Rambat, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.

|
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TribunSolo.com/Dok Basarnas
SUASANA KEDUNG OMBO - Suasana warung apung di tengah-tengah Waduk Kedung Ombo di Dukuh Bulu, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, Minggu (16/5/2021). Inilah sejarah Waduk Kedung Ombo yang terkenal. 

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Waduk Kedung Ombo di Sragen, Jawa Tengah, kembali jadi sorotan.

Hal itu setelah Amin Lagimin warga Desa Gilirejo, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen yang tenggelam di Waduk Kedung Ombo masih misteri sampai kini belum juga ditemukan.

Tenggelamnya korban di Waduk Kedung Ombo bukanlah kali pertama terjadi.

Baca juga: Asal-usul Ndalem Kalitan Solo : dari Hadiah untuk Ratu Alit, Lalu Dibeli Keluarga Soeharto

Sebelumnya juga ada kasus orang tenggelam di Waduk Kedung Ombo.

Waduk Kedung Ombo memiliki sejarah panjang sebagai bendungan di Sragen.

Asal-usul Waduk Kedung Ombo

Waduk Kedung Ombo secara spesifik terletak di Desa Rambat, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.

Bendungan ini mulai dibangun pada 1980 dan selesai pada 1991.

Lokasi Waduk Kedung Ombo tidak hanya terletak di Kabupaten Grobogan, melainkan menjadi batas wilayah antara Kabupaten Sragen dan Kabupaten Boyolali.

Baca juga: Asal-usul Pucangsawit Kini Jadi Nama Kelurahan di Solo, Dulu Hamparan Sawah dan Tegalan yang Sunyi

Waduk dibangun pada pertemuan Sungai Uter dan Sungai Serang yang terletak persis di Dukuh Kedungombo, Desa Ngrambat, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.

Waduk berada kurang lebih 29 km ke arah selatan Kota Purwodadi.

Kawasan Waduk Kedung Ombo mempunyai luas kurang lebih 6.576 Ha yang terdiri dari lahan perairan seluas 2.830 Ha dan lahan daratan seluas 3.746 Ha.

Di sekitar waduk, banyak terdapat pepohonan sehingga membuat daerah itu terasa asri dan rindang.

Baca juga: Asal-usul Nambangan Selogiri : Dulu Tempat Penyeberangan, Saksi Perang Gerilya Pangeran Sambernyawa

Pembangunan Waduk Kedung Ombo

Pembangunan Waduk Kedung Ombo dilatarbelakangi oleh rencana pemerintah pada 1985 yang ingin membangun waduk baru di Jawa Tengah.

Waduk itu direncanakan akan digunakan sebagai PLTA berkekuatan 22,5 Megawatt serta bisa menampung air untuk kebutuhan 70 Ha sawah sekitarnya.

Biaya pembangunan Waduk kedung Ombo berasal dari Bank Dunia sebesar USD 156 juta, USD 25,2 juta dari Bank Exim Jepang dan APBN

Pengembangan waduk dimulai pada 1985 hingga 1989.

Waduk mulai diairi pada 14 Januari 1989.

Pembangunan Waduk Kedung Ombo menenggelamkan 37 desa, tujuh kecamatan di tiga kabupaten, yaitu Sragen, Boyolali, dan Grobogan.

Baca juga: Asal-usul Nama Jagalan yang Jadi Kelurahan di Solo : Dulu Dihuni Sang Penjagal, Ada Mitos Kalang

Waduk Kedung Ombo sebagai Obyek Wisata

Di bawah pohon rindang itu, pengelola menyediakan permainan anak-anak.

Sedangkan bagi pengunjung yang ingin memutari waduk, pengelola menyediakan jasa perahu motor.

Waduk Kedung Ombo juga menyediakan area pemancingan sekaligus warung yang menjajakan aneka makanan olahan ikan.

Di Waduk Kedung Ombo juga, tepatnya di Desa Ngargotirto, telah dibangun arena pacuan kuda dengan lintasan sepanjang 600 meter.

Arena Pacuan Kuda ini diberi nama 'Nyi Ageng Serang', arena ini merupakan miniatur dari lapangan pacuan kuda Pulo Mas Jakarta. Arena ini juga sudah digunakan sebagai kejuaraan pacuan kuda tingkat nasional.

Baca juga: Asal-usul Desa Pabelan di Sukoharjo, Ada Kisah Cinta Terlarang Pangeran Tampan yang Legendaris

Potensi pengembangan wisata di Waduk Kedung Ombo adalah dengan memperbanyak homestay yang menyatu dengan rumah penduduk.

Konsep ini tidak lain sebagai supaya wisatawan dapat tinggal lebih lama di kawasan Waduk Kedung Ombo.

Karena, wisatawan dapat melihat dengan dekat kehidupan keseharian masyarakat.

Investasi juga ditanamkan di sektor perikanan darat dengan metode karamba dan dilengkapi restoran apung.

Di bantaran seputar waduk cocok untuk mengembangkan usaha agrobisnis buah-buahan dan sayu mayur.

Selain pasokan air mudah diperoleh, kualitas air waduh bebas polutan.

Harga tiket masuk waduk sebesar Rp 5.000 pada Senin-Jumat dan Rp 7.500 pada Sabtu/Minggu atau hari libur nasional.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved