Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Sukoharjo

Asal-usul Nama Banmati yang Kini jadi Kelurahan di Sukoharjo, Ada Kisah Abdi Dalem Meninggal

Menurut cerita turun temurun, rombongan PB IX berjalan selama berhari-hari dan bermalam di rumah-rumah warga yang mereka lewati.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
WIKIMEDIA.ORG
SEJARAH DESA - Kantor Desa Banmati di Sukoharjo beberapa waktu lalu. Begini asal-usul nama Kelurahan Banmati. 

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Kelurahan Banmati hanya berjarak beberapa kilometer dari pusat kota kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Banmati kini telah menjelma menjadi permukiman padat dan areal persawahan yang hijau.

Mungkin banyak yang belum tahu, Banmati menyimpan kisah sejarah yang menarik dan penuh nilai budaya.

Baca juga: Asal-usul Desa Jatikuwung di Gondangrejo Karanganyar, Dipercaya Dulu Ada Pohon Jati Misterius

Secara umum, karakteristik masyarakat Banmati tak jauh berbeda dari wilayah pedesaan lainnya di Jawa Tengah. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan buruh, sementara sebagian lainnya merantau ke

luar daerah untuk mencari penghidupan yang lebih baik.

Asal-usul Nama Banmati

Nama “Banmati” sendiri memiliki akar historis yang kuat dan erat kaitannya dengan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun.

Konon, nama tersebut berasal dari kata “mban” dalam Bahasa Jawa, yang merupakan sebutan bagi abdi dalem atau pelayan setia di lingkungan keluarga kerajaan.

Kisah yang beredar menyebutkan bahwa seorang abdi dalem meninggal dunia di wilayah tersebut saat mengiringi perjalanan panjang seorang raja, dan dari peristiwa itulah nama Banmati lahir—yang secara harfiah bermakna abdi dalem yang meninggal.

Baca juga: Asal-usul Karanganom yang Kini Jadi Nama Kecamatan di Klaten, Semangat Kawula Muda Melawan Penjajah

Asal-usul ini tak bisa dipisahkan dari sejarah Keraton Kasunanan Surakarta di masa pemerintahan Paku Buwono IX (PB IX). Pada suatu masa, PB IX memiliki keinginan untuk mengunjungi Kerajaan Banyu Biru yang terletak di pesisir pantai selatan.

Ditemani para abdi dalem, beliau menempuh perjalanan jauh dengan berjalan kaki, melewati hamparan tanah, hutan belantara, dan perbukitan.

Menurut cerita turun temurun, rombongan PB IX berjalan selama berhari-hari dan bermalam di rumah-rumah warga yang mereka lewati.

Setelah menempuh perjalanan panjang, mereka tiba di tepian Sungai Bengawan Solo.

Baca juga: Asal-usul Nama Sondakan yang jadi Kelurahan di Solo, Kisah Kebaikan Ki Sondaka saat Boyong Kedhaton

Di sana, rombongan sempat kebingungan memikirkan cara menyeberangi sungai, hingga akhirnya memutuskan membuat rakit dari batang bambu yang mereka kumpulkan dari sekitar sungai.

Dengan rakit tersebut, rombongan berhasil menyeberang dan melanjutkan perjalanan.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved