Sebaran Apem Klaten
Tradisi Berebut Apem di Jatinom Klaten : Tendang-tendangan demi Rebut Berkah Setahun Sekali
Setahun sekali, warga dari berbagai daerah berkumpul di Jatinom. Demi apem berkah, dorong-dorongan hingga tertendang pun dianggap biasa.
Penulis: Zharfan Muhana | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Bagi Sabna, ikut melestarikan tradisi seperti ini adalah hal penting.
“Generasi muda perlu banyak mengikuti tradisi yang berada di sekitar, itu hal yang baik,” tuturnya.
Di Jatinom, apem bukan sekadar kue. Ia adalah simbol berkah, perekat warga, dan pengingat bahwa tradisi bisa tetap hidup di tengah arus zaman.
Bagi Slamet, Sabna, dan ribuan warga lainnya, Saparan bukan hanya soal mendapat apem, tapi juga tentang menjaga rasa kebersamaan—meski kadang harus rela terdorong atau terinjak demi sepotong manis yang penuh makna.
Sejarah Yaa Qawiyyu di Jatinom Klaten
Ada tradisi menarik di Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten.
Yakni prosesi Yaa Qawiyyu yang digelar setiap bulan sapar/safar setiap tahunnya.

Bulan Safar menurut Islam adalah bulan kedua dalam kalender Hijriyah.
Tahun ini, bulan safar dimulai pada tanggal 26 Juli 2025.
Pada Kamis, (7/8/2025) warga Jatinom Klaten menggelar kirab kue apem, yang menjadi salah satu prosesi menjelang perayaan Yaa Qawiyyu.
Baca juga: Dinkes Klaten Gelar Jambore Kader Posyandu Diikuti Ribuan Peserta: Ajang Silaturahmi dan Konsolidasi
Ada dua gunungan apem, juga disebut lanang-wadon berisi 3000 kue apem dari pihak Kecamatan Jatinom.
Gunungan itu diarak dari kantor kecamatan, menuju Masjid Gedhe Jatinom.
Sebelumnya, gunungan dibawa ke petilasan Kyai Ageng Gribig dan Masjid Alit.
Dalam kesempatan itu, Bupati Klaten Hamenang turut hadir, bersama jajaran OPD.
Bupati Hamenang, dalam sambutannya mengapresiasi gelaran kebudayaan ini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.