Petani Tembakau di Boyolali
Fenomena Unik di Boyolali, Para Petani Tembakau di Lereng Merapi Turun Gunung Demi Jemur Hasil Panen
Jika tembakau tidak kering dalam sehari, kualitasnya akan turun drastis dan harga jual pun ikut merosot.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Rifatun Nadhiroh
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI – Berbagai upaya dilakukan petani di Lereng Merapi-Merbabu untuk menghadapi panenan tembakau.
Ya, cuaca mendung dan terbatasnya lahan jemur membuat sebagian petani harus mencari akal.
Jika tembakau tidak kering dalam sehari, kualitasnya akan turun drastis dan harga jual pun ikut merosot.
Untuk mengatasinya, para petani memilih “turun gunung” menuju wilayah Boyolali bagian bawah yang lebih panas dan memiliki lahan jemur memadai.
Baca juga: Harga Beras di Karanganyar Naik, Capai Rp 15 Ribu Per Kilogram Padahal Sedang Masa Panen Padi
Seperti yang dilakukan Jumali (51), petani asal Desa Samiran, Kecamatan Selo, Selasa (12/8/2025).
Ia membawa puluhan widig (anyaman bambu) berisi tembakau rajangan ke Desa Ngaru-aru, Kecamatan Banyudono, menggunakan mobil pikap.
Di sana, ia memanfaatkan bahu jalan desa yang sudah dicor semen untuk menjemur hasil panennya.
Widig-widig itu ia susun rapi berjajar di bawah terik matahari.
"Ya biasa seperti ini mas, kalau panen pilih menjemur ke wilayah bawah,” ujar Jumali kepada TribunSolo.com.
Menurutnya, di Selo sulit menjemur jika panen dalam jumlah besar.
"Kalau panen sendiri cuma lima sampai sepuluh widig masih bisa di rumah. Tapi ini sampai 80 widig lebih,"
"Nanti saat panen raya, pasti makin banyak petani yang turun menjemur ke wilayah bawah,” jelasnya.
Jumali mengaku, selain hasil kebunnya, ia juga membeli tembakau dari petani lain.
Baca juga: PROFIL FX Rudy Mantan Wali Kota Solo yang Sebut 3 Kader PDIP Pindah ke PSI Sudah Berkhianat
Ia memilih membeli dengan sistem timbangan, bukan tebasan.
"Kalau ditimbang hasilnya pasti. Saya beli Rp 6.500 per kilogram untuk tembakau basah. Dulu pernah tebasan, rugi karena timbangan meleset,” ungkapnya.
Sementara itu, Harjo (51), petani lain, mengungkapkan panen awal kali ini kualitasnya belum maksimal. “Beberapa hari terakhir hujan terus turun. Kandungan air di daun terlalu tinggi, jadi keringnya lama,” katanya.
Ia berharap cuaca membaik saat panen raya nanti.
"Mudah-mudahan hujan berkurang, supaya kualitas tembakau lebih bagus dan harga jualnya juga naik,” pungkasnya.
(*)
Harga Emas di Solo Hari ini Minggu Oktober 2025 : Emas Antam Alami Kenaikan, Per Gram Rp2.414.000 |
![]() |
---|
Beberapa Hari Setelah Temui Jokowi, Wakil Wali Kota Solo Astrid Ditunjuk Jadi Ketua DPD PSI Solo |
![]() |
---|
5 Rekomendasi Sarapan Enak di Dekat Keraton Solo Jateng : Ada Kuliner Legendaris, Harga Murah Meriah |
![]() |
---|
Haul Habib Ali Dongkrak Okupansi Hotel Karanganyar hingga 100 Persen, Hotel Syariah jadi Primadona |
![]() |
---|
Kades di Karanganyar Ungkap Sosok Mbah Tarman : Dulu Sopir, Sebelum Viral Beri Mahar Cek Rp3 Miliar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.