Proyek Tol Solo Jogja

Terkait Tol Solo Jogja, Sri Sultan HB X Minta Jalur Layang Didesain Ulang sebelum Dibangun

Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi rencana jaringan jalan bebas hambatan Yogyakarta Jawa Tengah.

Garis imajiner, Yogyakarta juga memiliki sumbu filosofis yakni Tugu, Keraton dan Panggung Krapyak, yang dihubungkan secara nyata berupa jalan.

Sebanyak 30 Benda Cagar Budaya Bakal Terdampak Proyek Tol Solo-Jogja, Berikut Ini Rinciannya

Sumbu filosofis itu melambangkan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan alam.

Seperti dikutip dari laman etd.repository.ugm.ac.id, Panggung Krapyak ke utara hingga Kraton melambangkan sejak bayi dari lahir, beranjak dewasa, berumah tangga hingga melahirkan anak.

Sedangkan dari Tugu ke Kraton melambangkan perjalanan manusia kembali ke Sang Pencipta.

Tugu Golong Gilig dan Panggung Krapyak juga merupakan simbol Lingga dan Yoni yang melambangkan kesuburan.

Dari kesemuanya itu, Keraton Yogyakarta menjadi pusatnya. Keraton Yogyakarta dianggap suci karena diapit enam sungai secara simetris yaitu sungai Code, Gajah Wong, Opak Winongo, Bedhog dan sungai Progo.

Ada pula Gunung Merapi dan Pantai Selatan yang menjadi ujung garis imajiner, dengan Keraton berada tepat di tengah-tengah keduanya.

Pagelaran Kraton Yogyakarta di Alun Alun Utara (Tribun Jogja/ Wahyu Setiawan Nugroho)
Sebelumnya, untuk jalur tol yang menghubungak Solo-Yogya-Bawen ada yang dibuat melayang atau elevated di atas ringroad utara.

Nantinya, jalan tol ini akan dibangun sepanjang 11 kilometer di atas ringroad.

Untuk jarak pintu exit dan entry ini akan dibuat setiap dua kilometer sesuai dengan aturan Pemerintah pusat.

Dukungan Dewan

Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana, juga mendukung perencanaan redesain jalan tol yang elevated menjadi atgrade di kawasan Monjali ini.

Huda menyebut sumbu imajiner memang tidak bisa ditabrak.

“Kami mendukung perencanaan untuk redesain jalur elevated menjadi atgrade di kawasan yang melewati sumbu imajiner,” kata Huda kepada Tribun Jogja, Kamis (19/12/2019).

Huda menambahkan, jika memang harus didesain ulang hal ini tidak menjadi sebuah masalah.

Halaman
123

Berita Terkini