TRIBUNSOLO.COM - Sudah sebulan lebih, warga yang berada di sekitar lereng Gunung Merapi mengungsi.
Di Solo Raya sendiri terdapat 2 kabupaten yang warganya ikut diungsikan yaitu di Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali.
Baca juga: Nekat Gelar Pesta Perayaan Malam Tahun Baru 2021 di Sukoharjo? Dibubarkan dan Sanksi Pidana Menanti
Di tengah panjangnya waktu dan ketidakpastian kapan akan usai, kebutuhan gizi para pengungsi pun perlu terus diperhatikan.
Pada umumnya bantuan yang diberikan kepada para pengungsi ialah berupa mi instan, roti, atau susu.
Namun ternyata bahan makanan tersebut masih kurang baik untuk kebutuhan gizi pengungsi.
Dilansir dari TribunNews.com, Ahli gizi Dr dr Tan Shot Yen MHum mengatakan makanan yang seharusnya dikonsumsi oleh pengungsi adalah makanan yang sama seperti dikonsumsi saat situasi normal.
"Ya, bedanya relawan yang memfasilitasi (penyediaan makanan itu)," ujarnya.
Seharusnya, kata dr Tan, dapur umum dan dapur PMBA (Pemberian Makanan Bayi dan Anak) wajib didirikan enam jam segera setelah evakuasi.
Tan menyebutkan, sumbangsih di wilayah pengungsi yang sudah ada dapur umum bisa berupa bahan-bahan berikut.
- Beras
- Telur
- Garam
- Lada
- Bumbu dapur (kunyit, jahe, lengkuas, daun salam, kemiri, ketumbar, sereh)
- Peralatan masak darurat (kompor, wajan besar, panci besar, ciduk atau sendok besar, gas untuk masak)
- Sayuran yang bertahan lama (buncis, jagung, kentang, wortel)
- Berbagai jenis kacang-kacangan (kacang merah, kacang ijo, dan sebagainya)
- Berbagai umbi (singkong, talas, ubi merah, ubi kuning atau ubi ungu)
- Buah kupas (salak, jeruk, manggis agar tidak terkontaminasi saat dipotong dan sebagainya, karena bisa langsung makan saat dikupas).
Baca juga: Saat Pengungsi Gunung Merapi Hibur Diri dan Lupakan Kejenuhan, Nobar Sinetron di Malam Hari
Jika tidak ada dapur umum karena keterbatasan akses, maka sumbangsih makanan yang diberikan sebaiknya makanan yang sudah matang agar memudahkan pengungsi mengonsumsinya.
"Bikinkan mereka nasi bungkus atau lauk jadi (matang). Singkong rebus dengan abon itu bagus banget dan lebih keren daripada roti " tuturnya.
Menurut dr Tan, abon mengandung protein dan singkong mengandung karbohidrat bukan ultra-proses.
Selain singkong dan abon, relawan bisa juga memberikan pisang kepok kukus, serta ubi dan jagung rebus.
"Masih kaya akan vitamin, bukan makanan buatan," ujar dia.
5 Hal yang Perlu Diperhatikan saat Mengungsi
Berikut TribunSolo.com, rangkum dari Intisari.grid dan kompas.com hal yang perlu diperhatikan.
1. Tas Darurat saat Bencana Alam Melanda
Menurut Palang Merah ada barang-barang yang bisa dipersiapkan sebelum terjadinya bencana.
Barang-barang tersebut disimpan dalam tas yang siap diambil begitu bencana terjadi atau saat kita terpaksa mengungsi.
Tas tersebut juga harus diletakkan di dekat pintu dan mudah untuk dijangkau.
Isi dalam tas tersebut diantaranya,
- Senter
Senter diperlukan karena biasanya listrik akan padam bila terjadi bencana alam.
Sebaiknya siapakan senter yang tahan air dan juga baterai cadangannya.
- Kotak P3K
Kotak P3K sebaiknya diisi obat-obatan penting seperti aspirin, kompres penurun panas, plester luka, perban, gunting, obat merah, dan solatip untuk luka.
Lebih baik lagi bila dilengkapi pula dengan masker dan sarung tangan
- Alat serba guna
Alat serba guna, misalnya, pisau lipat dengan berbagai fungsi, seperti pisau kecil, pembuka kaleng, sendok, garpu, dan pengebor kecil
- Benda kebersihan pribadi
Benda ini seperti sabun mandi, pasta gigi dan sikatnya, pembalut untuk wanita, hingga popok bayi bila memiliki bayi.
- Pakaian bersih
Siapkan dua potong pakaian bersih dan pakaian dalamnya.
Pilihlah pakaian yang mudah digunakan dan bisa melindungi tubuh.
- Fotokopi dokumen pribadi
Buat fotokopi tanda pengenal diri, seperti KTP, paspor, akta lahir, polis asuransi, daftar obat pribadi, dan rekam medis bagi mereka yang punya riwayat penyakit tertentu.
- Alat pengisi baterai ponsel
- Selimut darurat
Baca juga: Dampak Status Merapi Siaga, 108 Orang Dalam Kelompok Rentang di Desa Tegalmulyo Klaten Diungsikan
2. Mengelola sampah plastik
Ahli gizi Dr. dr. Tan Shot Yen, M. Hum mengingatkan hal yang tak kalah penting adalah mengelola sampah plastik, baik itu plastik kresek, botol kemasan, dan plastik kemasan makanan.
Sampah plastik tersebut disarankan Tan untuk dikumpulkan menjadi satu dan tidak dibuang sembarangan.
Sebab, jika sampah plastik kembali dibuang sembarangan, hal ini akan berdampak besar saat hujan datang.
3. Perhatikan pembalut bekas dan popok sekali pakai
Jika saat mengungsi Anda sedang haid, atau memiliki anak yang mengenakan popok sekali pakai, sebagiknya sampah pembalut dan popok itu tidak dibuang atau dilempar sembarangan.
Pasalnya, di sekitar lingkungan pengungsian sangat mungkin ada hewan berkeliaran yang juga mencari makan.
Ketika hewan seperti kucing atau tikus menemukan sampah pembalut dan popok, mereka mungkin mengira itu adalah makanan.
Kemudian hewan akan mengacak-acak sampah pembalut atau popok, akhirnya membuat lingkungan tercemar dan muncul risiko penularan penyakit.
4. Waktu yang Kurang Tepat untuk Mengonsumsi kopi
Kopi mungkin disediakan di tempat pengungsian. Jika Anda berpikir dengan minum kopi bisa membuat tubuh hangat dan mata melek, asumsi ini salah.
dr Tan menyebut, pengungsi yang mengonsumsi kopi tubuhnya akan diforsir di luar batas.
Selain itu, kafein yang terkandung dalam kopi bisa menjadi stimulan jantung.
"Padahal trauma saja bisa bikin adrenalin naik," kata Tan, Jumat (3/1/2020).
Selain memicu detak jantung bertambah cepat, kopi juga bersifat diuretik.
Diuretik merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada suatu kondisi, sifat, atau penyebab naiknya urinasi. Dengan kata lain, minuman atau makanan yang mengandung diuretik dapat mempercepat pembentukan urine.
Ketika seseorang lebih sering buang air kecil (BAK), dia memiliki risiko dehidrasi berlebih dan membuat ingin terus menerus minum.
Selain rasa haus berlebih, terus bolak-balik ke toilet juga membuat boros air. Padahal, persediaan air yang ada adalah untuk kepentingan bersama.
Baca juga: Juru Kunci Gunung Merapi Minta Masyarakat Lebih Waspada, Ada Apa?
5. Hindari penggunaan obat nyamuk semprot
Obat nyamuk semprot sering dipakai karena praktis dan tidak lengket.
Namun yang perlu diketahui, obat nyamuk semprot sebenarnya berbahaya dan beracun.
Tan menjelaskan, saat berada di tempat pengungsian, sirkulasi udara sangat minim.
Ketika seseorang menyemprotkan obat nyamuk, partikel kecil yang beracun dan dapat membunuh serangga dapat menempel ke sarung, pakaian, alat makan, juga berbagai benda yang dipakai anak-anak.
Lantas bagaimana jika di tempat pengungsian banyak nyamuk? Tan menyarankan untuk memakai minyak sereh atau kayu putih.
"Jika sarung atau pakaian yang dijemur sudah lumayan kering, lipat. Jemuran bergelantungan akan menjadi sarang nyamuk. Walaupun dingin, usahakan sirkulasi udara berjalan baik," ujar Tan.