Marketing and Communication Department Head PT Jasa Marga (Persero) Tbk Regional Jabodetabek-Jabar Irra Susiyanti mengatakan, kecelakaan terjadi akibat ban belakang mobil alami pecah ban sehingga hilang kendali dan terguling.
"Penyebab kecelakaan adalah pecah ban belakang, sehingga kendaraan oleng dan terguling. Terdapat tiga korban jiwa dan langsung dilarikan ke RSUD Ciawi. Korban luka-luka dibawa ke RS EMC Sentul dan RS Bina Husada Cibinong," ujar Irra.
Baca juga: Sering Dilakukan, Ini Kesalahan Penggunaan Motor Kopling, Bisa Bikin Kecelakaan & Motor Cepat Rusak
2. Rem blong
Kondisi rem yang tidak prima juga menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan di jalan tol.
Kecelakaan yang disebabkan rem blong seperti yang terjadi pada kecelakaan di kilometer 92 tol Cipularang arah Jakarta, Selasa (10/9/2019).
"Kecelakaan ini dipicu oleh dua kontainer dimana salah satu kontainer mengalami rem blong dan menabrak kontainer lainnya," kata Corporate Communication and Community Development Group Head PT Jasa Marga (Persero) Tbk Dwimawan Heru dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (10/9/2109).
Akibat kecelakaan tersebut, lajur jalan tol Cipularang arah Jakarta yang sempat tertutup karena kontainer melintang di lajur 1 dan lajur 2. Akan tetapi kontainer tersebut sudah dipinggirkan ke bahu jalan.
3. Kelebihan muatan
Membawa muatan melebihi batas yang ditentukan juga bisa berdampak fatal hingga menyebabkan kecelakaan.
Hal ini seperti yang terjadi pada kecelakaan beruntun yang melibatkan puluhan kendaraan di Tol Cipularang pada Senin (2/9/2019).
Setelah dilakukan penyelidikan, diketahui bahwa penyebabnya adalah truk yang membawa muatan melebihi batas yang ditentukan. Kondisi ini berdampak pada kinerja rem kendaraan yang tidak bisa berfungsi secara maksimal.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiadi, yang sudah mendapat info perihal hasil olah TKP mengungkapkan, beberapa sebab terjadinya tabrakan beruntun.
“Jadi karena daya muatnya, overload. Dua-duanya masih dari satu perusahaan,” katanya di Balai Kartini, Jakarta Selatan (4/9/2019).
Budi juga mengaku telah berdiskusi dengan teknisi dari Hino, produsen truk yang terlibat dalam kecelakaan. Bahwa kedua truk yang kelebihan beban itu diketahui mengalami rem blong karena kinerja sistem pengereman yang menurun karena terus menerus digunakan.
“Kalau truk Hino itu dengan beban sebanyak itu memang dapat membuat beban kerja rem jadi lebih berat, dia jadi panas, suatu saat rem itu akan loss jika sudah mencapai titik maksimalnya,” jelasnya.
Baca juga: Analisis Peneliti Pustral UGM, Angka Kecelakaan Meningkat Lantaran Masyarakat Mulai Jenuh di Rumah