Dari klaster tersebut, Bupati Sragen minta setiap satgas harus tracing kasus sampai tuntas.
"Saya perintahkan jika ada kasus harus di tracing sampai zero. Nol," kata Yuni.
Klaster Salat Tarawih
Kasus ustaz meninggal karena corona di salah satu masjid di desa Pelemgadung, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen menjadi sebuah klaster.
Sebab, diketahui saat ini total ada 13 orang dari hasil tracing yang terpapar corona.
Ketua RT setempat, Hidayat mengatakan, hasil tracing sampai tanggal 2 Mei 2021 kemarin ada total 13 orang positif lantaran kontak erat dengan ustaz tersebut.
Baca juga: Varian Baru Corona dari India dan Afrika Selatan Masuk Indonesia, Menkes: Penularan Relatif Tinggi
Baca juga: Soal Larangan Mudik 2021, Satgas Covid-19 Solo Sebut Jangan Sampai Corona Meledak Seperti di India
Hidayat menjelaskan, bermulanya klaster Salat Tarawih ini adalah saat ustaz R mulai batuk-batuk tiga hari menjelang bulan puasa tiba.
"Waktu memimpin salat tarawih hari pertama, ustaz R bacanya ada berhentinya. Seperti orang keselek. Seperti orang sesek," kata Hidayat, saat ditemui TribunSolo.com, Senin (03/05/2021).
Setelah sakit, Ustaz R tidak datang ke masjid, dan dirawat di rumahnya.
Selang beberapa hari, takmir masjid yang sangat dekat dengan Ustaz R juga diketahui sakit, dimana saat dirawat di rumah tidak membaik.
"Setelah 9 hari dirawat, Takmir masjid meninggal dunia. Setelah di tes, ternyata hasilnya positif," ujar Hidayat.
Baca juga: Mau Nekat Mudik ke Solo? Renungkan Kasus Corona Meroket,166 Orang Isolasi & 58 Orang Dilarikan ke RS
Hidayat menambahkan, penularan diduga terjadi melalui mic masjid, yang digunakan bergantian oleh kedua orang tersebut.
"Ada satu mic masjid yang digunakan bergantian. Jadi, kalau Ustaz datang pertama, dia yang adzan. Kalau takmir yang datang, dia yang azan. Ganti-gantian" jelas Hidayat.
Setelah tidak datang ke masjid, azan di masjid dilakukan oleh warga lain, yang setelah tracing juga positif covid-19.
"Kemungkinan besar, nularnya lewat mic itu," kata Hidayat.