Itu didasarkan survei yang dilakukan Litbang Kompas mulai 27 Desember 2020 hingga 9 Januari 2021.
Dalam hasil survei Litbang Kompas, elektabilitas PAN berada di angka 0,8 persen.
"PAN semakin ditinggalkan oleh warga Muhammadiyah, basis utama mereka. Kehadiran Partai Ummat akan semakin menggerus suara PAN," ucap Hakim.
Dikatakan, melompatnya dukungan warga Muhammadiyah ke Ummat berpotensi membuat akar kultural PAN hilang.
"Tanpa dukungan warga Muhammadiyah, PAN kehilangan akar kulturalnya, menjadikannya partai mengambang atau catch all party," ujar Hakim.
"Jika Partai Ummat benar-benar berhasil menarik mayoritas warga Muhammadiyah, maka PAN tidak hanya kehilangan suara pemilih, tapi juga kader-kader yang menyeberang," imbuhnya.
Bila itu terjadi, PAN hanya akan menjadi partai medioker dalam kancah perpolitikan Indonesia.
"PAN terancam menjadi partai medioker. Jika tidak mampu mempertahankan pendukung tradisional-nya, sulit bagi PAN untuk bertahan di parlemen," jelasnya.
Ke Mana Gerbong 212?
Gerbong alumni PA 212 dan oposan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bergabung dengan partai yang didirikan Amien Rais, Ummat.
Sebut saja, mantan Ketua Garda 212 Ustaz Ansufri Idrus Sambo, Neno Warisman, Buni Yani, dan MS Ka'ban.
Menurut Pengamat Ketatanegaraan dan Politik Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Agus Riewanto, bergabungnya orang-orang tersebut, bisa membuat Partai Ummat menjadi kanal atas suara-suara mereka.
Apalagi semenjak Prabowo Subianto yang digadang-gadang memimpin rombongan oposisi merapat ke kubu Jokowi.
"Alumni 212 kecewa harapan ke Prabowo buyar karena (Prabowo) menjadi bagian dari kekuasaan," jelas dia kepada TribunSolo.com, Sabtu (1/5/2021).
Baca juga: Partai Ummat Resmi Dideklarasikan, Pengamat Politik UNS : Loyalis Amien Rais di PAN Tengah Diuji
Baca juga: Amien Rais Resmi Deklarasikan Partai Ummat, Ini Kondisi Kantor PAN Sukoharjo : Normal Seperti Biasa
Keinginan mendirikan partai pun muncul dalam benak para alumni PA 212 untuk mengorganisasi suara-suara mereka.