Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Kelangkaan minyak goreng membuat produsen keripik usus di Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali merana.
Bagaimana tidak, biasanya membuat 4-5 kuintal kini hanya 2,7 kuintal per hari.
Belum lagi 10 karyawan yang biasanya setiap hari masuk kerja, kini digilir.
Setiap karyawan hanya bekerja dalam tiga hari saja.
Karyawan yang masih bisa kerja itu tak lepas dari jerih payah pemiliknya untuk mencari minyak goreng.
Sudah harganya tinggi, barangnya juga sulit dicari pula.
"Dulu migor disetor, sekarang sulit carinya," terang produsen keripik usus, Ririn Trisnawati (40) di Dukuh Peni, Desa Jembungan, Selasa (15/3/2022)
Dia curhat, jika selama berbulan-bulan ini hanya dapat minyak goreng sekenanya.
"Minyak curah juga susah, sekarang beli saja 3 karton juga harus beli barang lain, seperti makaroni 10 kilogram yang harganya Rp 123 ribu," jelasnya.
"Jadi keberatan saya," aku dia menekankan.
Produsen lain, Setianingsih (56) di Dukuh Jetak, Desa Jembungan mengeluhkan hal yang sama.
Dia kesulitan mendapat migor baik subsidi maupun non subsidi.
Diapun setiap pagi, hari harus mengantri dari toko modern satu ke toko modern lainnya hanya untuk mendapatkan migor.
Baca juga: Amien Rais Kritik Keras Wacana Penundaan Pemilu 2024: Hampir Semua Jadi Yes Man di Rezim Jokowi
Baca juga: Biodata Yulius Bagus Triyanto, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dispermasdes) Boyolali
"Sehari harus mengantri ke 5-6 toko. Dapatnya juga tidak mesti,” jelasnya.