Sadranan di Jawa Sambut Puasa Ramadan Ternyata Ada Sejak Zaman Majapahit, Begini Sejarahnya

Penulis: Agil Trisetiawan
Editor: Asep Abdullah Rowi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pelaksanaan sadranan di lereng Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

Masyarakat kemudian saling berkunjung ke sanak keluarga agar hubungan kekeluargaan tetap terjalin.

Tapi sebagian warga Cepogo justru ‘lebaran’ lebih dulu.

Jelang puasa banyak digunakan perantau atau sanak keluarga untuk saling berkunjung.

Baca juga: Potret Sadranan di Cepogo Boyolali : Awalnya Hanya Bawa Palawija, Kini Beragam Makanan Turut Serta

Seperti yang terlihat di Dukuh Tunggulsari, Desa Sukabumi, Kecamatan Cepogo, Minggu (20/3/2022).

Disana, warga saling silaturahmi dengan tetangga dan family. Di setiap rumah, pun terlihat suasana gembira.

Pemilik rumah sumringah kedatangan tamu. Aneka makanan pun tersaji di meja.

Sebagian lagi tersaji di gelaran tikar atau karpet di lantai rumah.

Para tamu bisa memilih makanan yang tersaji. Sebagian makanan buatan tuan rumah seperti sagon, kelepon dan buah-buahan.

Ada pula nasi lengkap dengan lauk pauk seperti sate, ayam goreng, sambel goreng ati dan sup.

Baca juga: Ini Kampung Pijat Boyolali, Warganya Punya Keahlian Memijat Bayi hingga Program Hamil 

Tuan rumah pun berkali-kali meminta para tamu untuk menyantap makanan yang tersaji.

Semakin banyak tamu yang datang, tuan rumah pun semakin senang.

Demikian pula jika tamu menikmati sajian, tuan rumah semakin puas.

Seperti terlihat di kediaman Nusfari warga Dusun Tunggulsari, Desa Sukabumi, Cepogo. Rumahnya dipenuhi para tamu dan kerabat.

Kursi dikeluarkan dari ruang tamu dan diganti dengan karpet agar bisa menampung lebih banyak tamu.

Nasfuri merasa senang lantaran sudah dua tahun tradisi sadranan tidak bisa digelar.

Baca juga: Gegara Api Kompor Sambar Bensin, 2 Kamar Indekos di Boyolali Terbakar, Rugi Rp 27 Juta

Halaman
123

Berita Terkini