"Dahulu kakek adalah seorang koki Keraton Surakarta yang kemudian pulang ke daerah asalnya di Sukoharjo," katanya.
Sang kakek yang menguasai aneka resep makanan kerajaan memilih membuat usaha roti dan dia beri nama sesuai nama dusun yang dia pijaki.
Baca juga: Sate Kere Yu Rebi, Kuliner Legendaris Solo yang Punya Cita Rasa Khas: Terbuat dari Tempe Gembus
"Nama Widoro ini sendiri berasal dari nama dusun yaitu, Dusun Widoro, Kelurahan Kepuh, Kecamatan Nguter, Sukoharjo," ujarnya.
Uniknya, roti Widoro menggunakan bahan telur bebek dan bukan telur ayam.
"Telur bebek berfungsi sebagai pengembang alami sehingga terasa nikmat saat disantap," terangnya.
Selain itu proses pembuatan juga masih manual dan minim bantuan alat teknologi.
Dalam proses pembuatannya hanya butuh waktu 10 menit dari bahan mentah hingga keluar dari oven pemanggangan.
Baca juga: Bebek Goreng H. Slamet, Kuliner Legendaris di Kartasura, Bisa Jadi Pilihan Menu Makan Malam Ini
"Hanya lama di awal saja, karena butuh pemanasan di oven," ungkapnya.
Kini setidaknya ada 600-700 roti Widoro yang selalu tersajikan dan siap dinikmati.
Roti ini dijual mulai dari harga Rp7.000 hingga Rp12.500.
Harganya yang ekonomis sebanding lurus dengan rasanya yang renyah dan gurih, terasa manisnya yang alami, sehingga tidak membuat sakit gigi.
"Ini biasanya jadi oleh-oleh atau roti hajatan di desa," pungkasnya. (*)