Berita Klaten Terbaru

Kongres Sampah di Klaten : Ternyata di Jateng Hasilkan 6 Juta Sampah Per Hari,Semua Belum Tertangani

Penulis: Ibnu DT
Editor: Asep Abdullah Rowi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sekertaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, saat memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan Kongres Sampah II di Paseban Candi Kembar dan Candi Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Klaten, Sabtu (25/6/2022).

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Kongres Sampah II digelar saat puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup Jawa Tengah di Paseban Candi Kembar dan Candi Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.

Kegiatan yang dilakukan selama 2 hari itu, rencananya akan di isi dengan berbagai kegiatan bertema lingkungan.

Yakni mulai dari pameran UMKM dan pengolahan sampah, edukasi dan teknologi, materi dari para ahli dan dunia usaha soal pengelolaan sampah hingga dialog interaktif.

Kepala DLH dan Kehutanan Jateng sekaligus Ketua Panitia Kongres Sampah II, Widi Hartanto mengungkapkan, kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepedulian soal sampah.

Dirinya memaparkan, jika saat ini sampah yang harus ditangani di wilayah Jawa Tengah sudah mencapai lebih dari 6 juta ton per hari.

"Total di Jawa Tengah sekitar 6,05 juta ton per hari, yang kita tangani," ungkapnya.

Meski begitu kini dirinya mengaku sedikit lega, lantaran sebagian masyarakat sudah ada upaya pengurangan.

"Alhamdulillah kini sudah ada upaya pengurangan, tentunya dengan kerjasama dengan masyarakat kita di Jateng sudah sadar untuk melakukan pengolahan sampah," tambahnya.

Baca juga: Kronologi Pemotor Tewas di Karangpandan : Hendak Salip Mobil, Adu Banteng dengan Pemotor Lain

Baca juga: Perguruan Pencak Silat Jaga 24 Jam Bekas TPS Juwiring, Warga yang Buang Sampah Siap-siap DikejarĀ 

Widi mengatakan jika kini, sampah yang ada di wilayah Jawa Tengah sudah berkurang sekitar 30 hingga 40 persen.

Sekertaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, mengakui jika kerusakan lingkungan menjadi salah satu faktor penyebab bencana yang terjadi di Jawa Tengah.

"Kalau sekarang kondisi Jawa Tengah kita bicara soal kerusakan (lingkungan). Kondisi-kondisi bencana yang banyak karena kerusakan lingkungan," tambahnya.

Dia mencontohkan, salah satu bencana besar yang terjadi di utara Pulau Jawa beberapa pekan yang lalu.

"Yang kita tahu, ada (bencana) rob di pantai utara Jawa, cukup mengagetkan kita semua," ujarnya.

"Meskipun dari sisi cuaca juga berpengaruh namun bicara kerusakan lingkungan itu juga jadi penyebab terjadi (bencana rob)," jelasnya.

Menurutnya sampah tak hanya kerusakan lingkungan, namun masalah sampah menjadi pekerjaan rumah selanjutnya yang harus diselesaikan.

"Bagaimana kita untuk mengolah sampah yang ada, karena sampah ini akan terus ada, jadi butuh upaya untuk mengolah sampah ini agar tidak berdampak besar pada lingkungan,"

Dirinya menyadari bahwa pengolahan sampah tak bisa dikesampingkan lantaran jumlahnya akan terus bertambah seiring dengan perkembangan penduduk.

"Karena volume sampah yang dihasilkan di Jawa Tengah cukup besar ini sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, sehingga kita juga mengelola sampah itu dengan baik," tambahnya.

Namun, kendala soal sampah juga tidak terlepas dari masyarakat yang tidak peduli akibat dari sampah yang mereka produksi setiap harinya.

"Yakarena sampah (dianggap) sesuatu yang sudah tidak dibutuhkan, karena kalau orang sudah tidak butuh cenderung tidak peduli," aku dia.

Menurutnya edukasi menjadi jalan ampuh untuk meningkatkan kepedulian tentang sampah.

"Sehingga kita butuh edukasi dari semua pihak. Tentang bagaimana cara menyadarkan masyarakat agar lebih peduli, dengan sampah," jelas Sekda. (*)

Berita Terkini