Keledai lalu pergi ke sebuah sungai. Di sana ia bercermin di permukaan air.
“Ah, sekarang semua orang akan menghormati aku. Binatang-binatang lain tidak akan menganggap aku binatang bodoh,” ujarnya dengan puas.
Baca juga: Cerita Anak Si Kancil dan Si Kerbau Dungu, Kepolosan Kerbau Dimanfaatkan Kancil untuk Mencuri Timun
Keledai lalu mengajak Kera menyeberang sungai. Pohon pisang yang mereka cari, letaknya di seberang sungai.
Kera yang tak pandai berenang naik ke atas punggung Maxi si Keledai.
Akan tetapi, apa yang terjadi? Bukankah arang akan luntur jika terkena air?
Keledai tidak menyadari perubahan itu. Setibanya di seberang, Maxi Keledai kembali bercermin di permukaan air.
“Uh, Kera penipu? Mana garis-garis hitamku?” tanya Keledai sambil menangis. Ia menendang-nendang Kera.
Baca juga: Cerita Anak Burung Merak dan Bangau, Kisah Kesombongan Merak yang Hilang Usai Bertemu Bangau
Beruntungnya, di sungai itu ada Burung Hantu yang terkenal arif dan bijaksana.
Kera lantas mengadukan apa yang sebenarnya terjadi.
“Keledai, kau tak usah menangis. Garis-garis yang dibuat Kera itu sementara sifatnya. Sedangkan garis-garis hitam yang dimiliki Zebra adalah karunia Tuhan, yang tak mungkin hilang. Kau tak usah merasa iri karenanya. Bukankah kau juga memiliki keistimewaan? Misalnya kau disenangi manusia karena dapat membantu menarik pedati,” ujar Burung Hantu.
Setelah mendengarkan apa yang disampaikan oleh Burung Hantu, Maxi Keledai menyadari kelebihannya. Ia berjanji tidak akan iri lagi.
Artikel ini diolah dari bobo.grid.id yang berjudul Maxi, Keledai Ingin Menjadi Seekor Zebra