Sisi Lain Meningkatnya Pengguna Rokok Elektrik di Indonesia, dari Faktor Kesehatan hingga Lifestyle

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ROKOK ELEKTRIK. Penggemar rokok elektrik menunjukkan kebolehannya disela acara I Choose to be Healthier di Bandung, Jawa Barat, Rabu (4/12/2019) lalu. Rokok elektrik makin banyak peminat, terutama dari kaum muda, seperti milenial hingga gen Z. (Wartakota/Angga Bhagya Nugraha)

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Vincentius Jyestha 

TRIBUNSOLO.COM - "Sebat dulu yuk," ajak Agung Prasetyo, pria berusia 48 tahun kepada bawahannya di sebuah perusahaan swasta di Kota Yogyakarta. 

Karyawan-karyawannya yang rata-rata baru berada di usia kepala dua itu saling memandang seolah bingung mendengar ajakan sang atasan. 

Sebat merupakan akronim dari "sebatang" yang merujuk pada rokok. Kalimat itu kerap memiliki makna menghabiskan satu batang rokok terlebih dahulu, sebelum beralih melakukan kegiatan lain. 

Wajar jika generasi Z (gen Z) dan generasi dibawahnya kikuk mendengar ajakan tersebut. Sebab "sebat" merujuk pada rokok konvensional yang menghasilkan asap dari pembakaran tembakau, seperti rokok filter dan rokok kretek.

Sedangkan para anak muda ini lebih mengenal rokok elektrik yang tersedia dalam berbagai varian rasa. 

Ya, dalam kurun waktu empat tahun terakhir rokok elektrik makin populer di kalangan anak muda Tanah Air. Bahkan sebagian generasi milenial juga tercatat menjadi pengguna rokok elektrik. 

Berdasarkan Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021, prevalensi rokok elektrik di Indonesia naik dari 0,3 persen pada 2011 menjadi 3 persen pada 2021.

Tercatat pula peningkatan drastis pengguna rokok elektrik macam vape hingga pods usia 15 tahun ke atas dalam 10 tahun terakhir. 

Hal ini dibenarkan Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Agus Dwi Susanto yang juga mengungkap 55,7 persen masyarakat Indonesia terpapar informasi rokok elektrik.

Sebanyak 11,9 persen di antaranya pernah menggunakan rokok elektrik, sementara 3 persen sisanya masih aktif memakai rokok elektrik.

Mengutip survei perusahaan data pasar dan konsumen Statista Consumer Insights periode Januari hingga Maret 2023, 25 persen masyarakat Indonesia pernah setidaknya menggunakan rokok elektrik satu kali.

"Angkanya lebih tinggi dari Swiss 16 persen, Amerika Serikat 15 persen, Inggris 13 persen," katanya, beberapa waktu lalu. 

Senada, Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Garinda Kartasasmita juga memberikan penegasan bahwa pengguna aktif rokok elektrik di Indonesia tembus hampir 4 juta orang.

Belum lagi, adanya peningkatan orang yang telah mencoba dan beralih ke rokok elektrik.

Halaman
1234

Berita Terkini