Ganti Rugi Underpass Joglo Solo

33 Tahun Berjualan Angkringan, Supriyono Bingung Jika Lapaknya Kena Gusur Proyek Underpass Joglo

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Usaha angkringan milik Supriyono (48) yang berada di jalan Ki Mangun Sarkoro berada di area Proyek Pembangunan Underpass Palang Joglo, Selasa (26/9/2023).

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto Nugroho

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Selama 33 tahun berjualan angkringan, baru kali ini Supriyono (48) kebingungan. 

Dia khawatir lapaknya yang sudah ada di Jalan Ki Mangun Sarkoro sejak tahun 1990-an tergusur. 

Ketakutan Supriyono tersebut bukan tanpa alasan.

Tempatnya mengais rezeki masuk dalam wilayah proyek pembangunan Underpass Palang Joglo yang diperkirakan sepanjang 1,2 kilometer.

Bahkan saat sejumlah warga yang tinggal di sana telah mendapatkan ganti rugi imbas pembangunan Underpass, rasa was-was Supriyono itu semakin kuat.

Ia mengaku cemas apabila angkringan tempat usahanya diminta untuk pindah meski sampai sekarang belum ada pemberitahuan terkait hal tersebut.

"Saya berdagang sejak sebelum jalan ini rame, masih sepi. Sekitar tahun 90'an," kisah Supriyono mengingat pertama kali datang ke Solo untuk mengadu nasib.

Sampai saat ini Supriyono masih harap-harap cemas apakah lapak angkringannya juga ikut diminta pindah

"Kalau saya belum, secara langsung belum. Sudah dengar, pasti," sambung Supriyono saat ditemui TribunSolo.com, Selasa (26/9/2023) sore.

Bukan tanpa alasan, Supriyono menerangkan dirinya kini menjadi tulang punggung keluarga dan harus menghidupi empat orang anak.

Baca juga: Pembayaran Ganti Rugi Warga Terdampak Proyek Underpass Palang Joglo Solo, Pengosongan Lahan 14 Hari

Sementara itu usaha angkringan yang ia teruskan dari sang paman dan sepupunya sejak tahun 1980-an ini menjadi satu-satunya tempat ia mencari uang.

"Ya masalahnya ini menghidupi empat keluarga, tidak ada kompensasi ganti rugi," katanya.

Ia pun kini mengaku pasrah meski harus dengan terpaksa pindah tempat berdagang bila diminta oleh pihak yang berwenang.

"Ya memang kalau pemerintah minta suruh pindah ya mau gimana lagi, wong tidak bisa ngapa-ngapain. Padahal Tegal-sawah e (ladang mencari nafkahnya) di sini, yaudah nggak tahu nanti gimana," tambahnya.

Di kesempatan yang sama, Supriyono juga menceritakan sejak beberapa bulan terakhir angkringan yang buka setiap hari dari pukul 14.00-03.00 WIB itu mulai ditinggalkan para pelanggan.

Hal itu terjadi setelah palang perlintasan kereta api Joglo ditutup karena ada proyek pengerjaan rel layang.

"Sehari-hari. Sebelum perlintasan rel ditutup angkringan rame terus. Kan dulu truk-truk itu 24 jam nggak pernah berhenti. Sekarang sudah sepi, terus kalau ini nanti disuruh pindah ya gatau lagi mau gimana," pungkasnya.

Supriyono pun kini hanya bisa menunggu akankah angkringan tempat usahanya ikut direlokasi seperti rumah-rumah dan tempat usaha milik warga di sepanjang jalan tersebut terdampak proyek pembangunan Underpass Palang Joglo. (*)

Berita Terkini