Kampanye media sosial justru memperkuat sentimen yang melekat pada capres-cawapres.
"Efek dari sosial media itu sebenarnya adalah memperkuat sentimen, jadi kalau misalnya seseorang sudah punya sentimen ke arah positif, maka setelah mendapat exposure di media sosial, dia akan semakin suka dengan kandidat tersebut," terang dia.
"Sebaliknya, kalau dia sudah punya kecenderungan negatif, setelah terekspose oleh kampanye media sosial media, dia akan semakin dijauhi,".
"Jadi, kampanye sosial media itu hanya bisa memperkuat posisi awal, mengonfirmasi keyakinan dan sikap awal, tapi susah untuk mengubah pendirin atau pilihan politik pemilih," pungkasnya.
Waspadai Swing Voters
Sementara itu, calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka mengaku tak mau memberikan tanggapannya.
Baca juga: Elektabilitas Kalah dari Prabowo-Gibran dan AMIN di Survei Litbang Kompas, Ganjar : Masih Ada Waktu
Menurut Gibran, hasil survei tersebut tak relevan lantaran elektabilitasnya masih mengalami kenaikan.
"Kalau turun laporkan. Kalau naik nggak perlu dilaporkan," ujar Gibran saat ditemui di Pasar Rumput, Jalan Raya Sultan Agung, Setiabudi Jaksel pada Senin (11/12/2023).
Gibran justru mewaspadai banyak pemilih yang masih belum menentukan pilihan atau swing voters masih banyak.
Swing voters ini menurutnya bakal menentukan pilihan setelah adanya debat.
"Yang belum menentukan pilihan memang banyak. Mungkin sebagian besar masih nunggu debat ya. Kita tunggu aja 1-2 bulan ini progresnya seperti apa. Yang jelas survei tinggi survei rendah kita tetap kerja keras," katanya.
Baca juga: Yenny Wahid Sebut Ganjar-Mahfud Reprentasi Pemimpin yang Dibutuhkan Negara ke Depan
Gibran menyorti hasil survei Litbang Kompas menunjukkan Prabowo-Gibran masih sebesar 39,3 persen.
Jika angka itu benar, maka bisa dikatakan elektabilitas paslon Koalisi Indonesia Maju untuk menang satu putaran masih jauh.
Kendati demikian, dia tak mempermasalahkan hasil survei yang menunjukkan Prabowo-Gibran sulit menang satu putaran.
"Enggak apa-apa," tukasnya.