Bolehkah Mengerjakan Puasa Setelah Nifsu Syaban? Begini Hukumnya Menurut Mazhab Syafi’i

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi berdoa sebelum buka puasa.

TRIBUNSOLO.COM - Kalender Islam Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan bahwa Nisfu Sya’ban 1445 H/2024 M jatuh pada Minggu, 25 Februari 2024.

Diketahui, bulan Sya’ban memiliki banyak keistimewaan, sehingga umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah, seperti puasa sunnah.

Baca juga: Doa Pernikahan Agar Anak Jadi Pemberani dan Bermental Baja, Suami Istri Bisa Bacakan Doa Ini

Namun, disisi lain ada pendapat yang menyebutkan bahwa setelah Nisfu Sya’ban tidak dibolehkan lagi mengerjakan ibadah puasa.

Termasuk jika masih memiliki hutang puasa pada Ramadhan sebelumnya, tidak boleh lagi membayarnya jika sudah melewati Nisfu Sya’ban.

Namun disamping itu, ada pula pendapat yang menyebutkan boleh melakukan puasa setelah Nisfu Sya’ban.

Lantas, bagaimana sebenarnya hukum berpuasa setelah Nifsu Sya’ban?.

Terdapat perbedaan pendapat ulama dalam beberapa Mazhab terkait hukum berpuasa setelah Nisfu Syaban.

Hal tersebut terjadi lantaran perbedaan ulama dalam menanggapi hadis Rasulullah SAW.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Imam Abi Dawud dan Ibnu Majah, menyebutkan bahwa puasa setelah Nisfu Sya’ban tidak diperbolehkan.

عن أبي هريرة, أنه قال: قال رسول الله ﷺ: إذا انتصف شعبان فلا تصوموا حتى يكون رمضان

Dari Abu Hurairah, berkata: Rasulullah Saw., bersabda : "Ketika sudah pertengahan bulan sya’ban,maka janganlah kalian berpuasa sampai masuk bulan Ramadhan".

Baca juga: Bolehkah Menggabungkan Puasa Qadha Dengan Puasa Sunah? Begini Kata Ulama

Dalam mazhab Syafi'i, berpuasa pada 16 hari terakhir Syaban juga dilarang.

Namun, para ulama mazhab Syafi'i menjelaskan adanya pengecualian yang dapat menyebabkan puasa sunah setelah Nisfu Sya’ban dapat dilakukan.

Syekh Wahbab al-Zuhaili dalam Fiqhul Islami wa Adillatuhu menjelaskan:

قال الشافعية: يحرم صوم النصف الأخير من شعبان الذي منه يوم الشك، إلا لورد بأن اعتاد صوم الدهر أو صوم يوم وفطر يوم أو صوم يوم معين كالا ثنين فصادف ما بعد النصف أو نذر مستقر في ذمته أو قضاء لنفل أو فرض، أو كفارة، أو وصل صوم ما بعد النصف بما قبله ولو بيوم النص.

"Ulama mazhab Syafi'i mengatakan, puasa setelah nisfu Sya'ban diharamkan karena termasuk hari syak, kecuali ada sebab tertentu, seperti orang yang sudah terbiasa melakukan puasa dahar, puasa daud, puasa Senin-Kamis, puasa nadzar, puasa qadha', baik wajib ataupun sunah, puasa kafarah, dan melakukan puasa setelah Nisfu Syaban dengan syarat sudah puasa sebelumnya, meskipun satu hari Nisfu Syaban”.

Adapun penjelasan terkait pengecualian yang dijelaskan oleh para ulama Madzhab Syafi’i tersebut adalah sebagai berikut.

1. Puasa Bersambung dari Setengah Bulan Pertama Sya’ban

Puasa sunah usai Nisfu Sya’ban dapat dilakukan jika orang yang berpuasa tersebut menyambungnya dengan setengah bulan pertama dalam bulan Sya’ban.

Misalnya seseorang berpuasa dari tanggal 1 hingga masuk tanggal 16.

Tak hanya itu, bahkan para ulama mengatakan cukup satu hari dari setengah bulan pertama bulan sya’ban yaitu tanggal 15 kemudian dilanjutkan dengan tanggal 16,17,18 sampai seterusnya dengan syarat tidak terputus.

Namun apabila terputus, misalnya tanggal 15,16,17 puasa, kemudian tanggal 18 tidak puasa, maka di tanggal 19 Syaban sampai seterusnya tidak boleh lagi baginya untuk berpuasa.

Baca juga: 8 Tips Bagi Penderita Asam Lambung Agar Tidak Kambuh saat Puasa Ramadhan, Jangan Tidur Selesai Makan

2. Puasa Sunah karena Suatu Sebab

Puasa usai Nisfu Sya’ban juga bisa dilakukan jika memilki sebab atau alasan tertentu.

Diantara sebabnya yaitu puasa tersebut sudah menjadi kebiasaan atau wirid baginya dan juga karena adanya qadha puasa yang belum ditunaikan.

Misalnya seorang perempuan menqadha puasa bulan Ramadhan tahun sebelumnya, maka boleh baginya untuk berpuasa di setengah bulan Syaban tersebut.

Begitu juga seseorang yang sudah biasa puasa Senin-Kamis, puasa Daud, maka boleh baginya untuk berpuasa.

Kebiasaan puasa yang dilakukan tersebut tidak disyaratkan untuk dilakukan berkali-kali hingga hal itu bisa dianggap kebiasaan bagi orang tersebut, tetapi cukup dilakukan sekali saja.

Sebagai contoh orang tersebut puasa Senin di pertengahan awal bulan Syaban, maka ketika dua atau tiga Senin berikutnya yang sudah masuk setengah akhir bulan Syaban boleh baginya untuk berpuasa.

Lantaran hal tersebut dapat disimpulkan bahwa puasa di setengah akhir bulan Syaban hukumnya haram selama tidak ada hal yang bisa menghilangkan keharamannya.

(Magang TribunSolo.Com/Ilham Dwi Rahman)

Berita Terkini