Sejarah Sragen

Kisah Dibangunnya Masjid Jami Kiai Abdul Djalal Awal di Sragen, Usianya Lebihd dari 2 Abad

Penulis: Tribun Network
Editor: Rifatun Nadhiroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Jami Kiai Abdul Djalal di Kalijambe, Sragen yang didirikan atas perintah Sri Susuhunan Pakubuwono IV.

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Kabupaten Sragen, yang terletak di Jawa Tengah, menyimpan berbagai peninggalan sejarah yang kaya, termasuk dalam penyebaran agama Islam.

 Salah satu peninggalan bersejarah yang masih tegak berdiri hingga saat ini adalah Masjid Jami' Kyai Abdul Djalal Awal di Dukuh Kaliyoso, Desa Jetiskarangpung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen.

 Masjid ini menjadi saksi sejarah panjang perkembangan Islam di wilayah tersebut, yang dibangun pada abad ke-17 atas perintah Raja Susuhunan Pakubuwono IV.

Baca juga: Asal Muasal Dibangunnya Pasar Klewer, Namanya Klewer Gara-gara Dagangan Penjual yang Kleweran

Sejarah dan Pendirian Masjid

Masjid yang lebih dikenal dengan nama Masjid Abdul Djalal Kaliyoso Jogopaten ini berada di tengah perkampungan warga, tak jauh dari Jalan Raya Solo-Purwodadi.

Menurut Takmir Masjid Kyai Abdul Djalal, H. Rubhan, masjid ini didirikan pada tahun 1790 Masehi, atas perintah dari Raja Susuhunan Pakubuwono IV.

Rubhan menjelaskan bahwa masjid tersebut merupakan bukti sejarah penyebaran Islam yang dimulai pada abad ke-17 di wilayah Sragen.

Bangunan masjid ini terdiri dari dua bagian utama: bangunan masjid utama dan sebuah menara.

Pada bagian menara terdapat sebuah papan yang mencatatkan sejarah pendirian masjid yang sangat penting tersebut.

Baca juga: Asal Muasal Tradisi Pembagian Bubur Samin Banjar di Masjid Darussalam Solo Selama Bulan Ramadan

Keistimewaan Arsitektur dan Peninggalan Sejarah

Masjid Kyai Abdul Djalal memiliki arsitektur khas Jawa, yang menggabungkan elemen tradisional dengan nilai-nilai keislaman.

Meskipun sudah berusia lebih dari dua abad, masjid ini tetap terjaga keasliannya. H. Rubhan menjelaskan bahwa beberapa bagian dari masjid, seperti tiang-tiang, mimbar, bedug, dan pintu masuk, semuanya masih merupakan peninggalan asli dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Salah satu peninggalan penting adalah mimbar khotbah yang bentuk dan ukirannya sama persis dengan mimbar yang ada di Masjid Agung Keraton Surakarta. Namun, terdapat perbedaan pada ukuran serambi, yang di masjid Abdul Djalal lebih kecil.

Selain itu, di dalam masjid ini juga terdapat pusaka dari Pakubuwono IV, berupa tombak yang masih tersimpan di salah satu tiang masjid, tepat di atas tempat mimbar.

Pusaka ini diberikan langsung oleh Sinuhun Pakubuwono IV sebagai simbol penghormatan dan sebagai bagian dari sejarah penting masjid ini.

Halaman
12

Berita Terkini